ALTUMNEWS.com, JAKARTA – Gelombang tsunami yang menerjang beberapa wilayah pantai di Selat Sunda, meliputi wilayah Kabupaten Pandeglang, Serang dan Lampung Selatan bukan dipicu oleh gempa bumi. Pasalnya, saat gelombang pasang, BMKG tidak mendeteksi adanya aktivitas tektonik.
“Kemungkinan tsunami terjadi akibat longsor bawah laut karena pengaruh dari erupsi Gunung Anak Krakatau. Pada saat bersamaan terjadi gelombang pasang akibat pengaruh bulan purnama. Jadi ada kombinasi antara fenomena alam yaitu tsunami dan gelombang pasang,” tulis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di akun Twitter-nya, Minggu (23/12/2018).
BNPB menyebut, kemungkinan material sedimen di sekitar Anak Gunung Krakatau di bawah laut longsor sehingga memicu tsunami. Dampak tsunami menyebabkan korban jiwa dan kerusakan. Menurut data sementara hingga pukul 04.30 WIB tercatat 20 orang meninggal dunia, 165 orang luka-luka, 2 orang hilang dan puluhan bangunan rusak. Data korban kemungkinan masih akan terus bertambah mengingat belum semua daerah terdampak di data.
“Masyarakat diimbau tetap tenang. Jangan terpancing isu yang menyesatkan yang disebarkan oleh pihak yang tidak jelas. Masyarakat dihimbau tidak melakukan aktivitas di pantai Selat Sunda untuk sementara waktu. BMKG dan Badan Geologi masih melakukan penelitian lebih lanjut,” imbau BNPB.
BNPB telah berada di lokasi bencana mendampingi BPBD. Bupati Pandeglang telah berkoordinasi dengan Kepala BNPB untuk penanganan darurat.***
Editor : Robert