Pater Boeren, SCJ, Biarawan Asal Belanda Pendiri Radio Suara Wajar Bandarlampung Seorang Jago Teknik

Berita Utama, Sosok2,363 views

ALTUMNEWS.com, BANDAR LAMPUNG – Berdirinya Radio Suara Wajar Bandar Lampung tak lepas dari peran utama Pater Boeren, SCJ. Siap sangka, Pastor asal Negara Kincir Angin ini merupakan seorang jago teknik radio.

“Karena kita sama-sama ingin tahu radio kita sama-sama orang tehnik ekperimen. Waktu itu saya ingat tahun 1971, saya bertemu beliau (Romo Boeren, SCJ) kami sama-sama memiliki hobi yang sama, jadi sering bertemu,” kata Yul. Haidir Nasution (70) saat berkunjung ke Radio Suara Wajar, Kamis, 10 Januari 2019.

Pak Nas, begitu Yul. Haidir Nasution dipanggil, merupakan saksi sejarah saat Radio Suara Wajar pada awal-awal mewarnai udara di Bumi Ruwa Jurai. Dia merupakan teknisi radio kawakan di Lampung. “Orang-orang Radio di Lampung, siapa yang tidak kenal Pak Nas,” begitulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kebesaran namanya di bidang teknis radio.

Menurut Pak Nas, Radio Suara Wajar sudah mulai mengudara pada tahun 1971, lokasinya di sebuah rumah yang sekarang menjadi bangunan Sekolah Xaverius Pahoman Bandar Lampung. Area Radio Suara Wajar waktu itu dibeberkannya masih berupa kebun kelapa termasuk Stadion Pahoman.

“Suara Wajar dulu saya inget di tengah-tengah kebun kelapa di seberang sana (menunjuk ke bagunan sekolah Xaverius Pahoman), bukan di sini. Dulu ada rumah di sana,” kenang pria kelahiran 1948 ini.

Karena memiliki hobi yang sama di bidang radio, Pak Nas sering diundang untuk berdiskusi ke kantor Radio Suara Wajar yang dulu terletak di arena sekolah Xaverius Pahoman.

“Kami dulu sering berkumpul di Radio Suara Wajar untuk berdiskusi mengenai radio. Beliau itu jago tehnik, karena sama dengan kita, bisa bekerja utak-atik alat-alat radio. Dia sangat menguasai itu,” kata Pak Nas.

BACA JUGA:  Yudisium Mahasiswa FK Unila Tandai Keberhasilan Selesaikan Studi

Pria kelahiran Tapanuli Selatan ini, memiliki kesan mendalam pada sosok Romo Boeren, SCJ. “Kesan saya pribadi orangnya sangat baik, mau berdialog  dan menerima masukan dari kami. Kami kan waktu itu ada sekitar 30-an memiliki hobi serupa di radio, jadi kami sering sharing,” kata dia.

Alat-alat radio pada zaman itu menurut Pak Nas belum ada yang menyediakan di pasar seperti sekarang ini.

“Kami dulu rakit sendiri. Beliau (Romo Boeren) bisa rakit sendiri dibantu dengan kita-kita. Sharing dan diskusi sama dia itu enak, saling memberi dan menerima. Sama-sama memiliki hobi, jadi ide-ide baru itu sering muncul saat kami bertemu,” cerita bapak lima anak ini.

Romo Boeren dimata Pak Nas dan kawan-kawan radio pada masa itu dikenal pribadi yang tebuka dan loyal.

“Loyalitasnya luar bisa. Jadi kalau kami rapat di Suara Wajar, hidangan melimpah, bisa gak kemakan semua, saking banyaknya makanan. Kalau sudah berteman sama dia (Romo Boeren) itu, kami dianggap keluarga. Beda dengan sekarang, berteman tapi saling gigit,” kata Pak Nas sembari tertawa.

Diceritakannya, Romo Boeren seorang Pastor yang tidak memandang perbedaan sebagai sebuah hambatan untuk menjalin persahabatan.

“Walau beda iman, tapi kami bisa bekerja sama. Dia bisa menyatu, itulah keunggulan dia. Tidak ada kekurangan sosok beliau tuh, baik dari kacamata saya maupun teman-teman teknisi radio waktu itu. Orangnya enak sekali,” kata Pak Nas yang sudah menekuni bidang teknisi sejak tahun 1969.

Diutarakan Pak Nas, Romo Boeren selalu didampingi Hartono yang sekarang sudah almarhum, saat proses mendirikan Radio Suara Wajar.

“Saya ingat, kalau sedang ngumpul untuk berdiskusi mengenai radio, Pak Hartono yang saya tahu seorang kontraktor katolik selalu mendampingi Romo Boeren,” kata kakek empat cucu ini.

BACA JUGA:  Penyekatan Arus Balik Lebaran Diperpanjang Hingga 31 Mei

Pak Nas pada kesempatan ini juga mengungkapkan tiang pemancar Radio Suara Wajar sebelum dilegalkan pada tahun 1971 masih ditautkan dari pohon kelapa satu ke pohon kelapa yang lain.

“Tiang antena, antena bentang, long wire, kaya benang, kawat. Dari pohon kelapa satu ke pohon kelapa yang lain, baru ditarik ke pemancar yang berada dalam gedung Suara Wajar,” katanya.

Dibeberkannya, Radio Suara Wajar merupakan radio satu-satunya yang secara nama dan siaran selalu eksis dari tahun 1971 hingga sekarang.

“Seingat saya, Suara Wajar adalah radio swasta di Lampung yang tidak pernah ganti nama dari dulu Suara Wajar. Dan hebatnya masih siaran sampai sekarang,” tutup Yul. Haidir Nasution.***

Editor : Robertus Bejo