Potret Diri Studiklub Teater Mahasiswa (STM) Universitas/IKIP Kristen Satya Wacana di Salatiga

Berita Utama, Sosok2,144 views

Oleh : Para Pendiri yaitu Bambang ‘Pipo’ dan Bambang ‘Boncel’. Ditambah oleh ‘ingatan’ Doddy Surya, anggota STM UKSW periode paska 1974

Arti Lambang

Segi empat dengan bingkai hitam tebal dengan wajah orang 2 dimensi hitam dan putih.

Artinya      :       Wajah putih adalah gagasan/impian Studiklub Teater Mahasiswa Universitas/IKIP Kristen Satya Wacana meraih cita-cita di dalam kehidupan.

Wajah hitam adalah karya nyata Studiklub Teater Mahasiswa Universitas/IKIP Kristen Satya Wacana.

Dua wajah tersebut berjalan beriringan atau berdampingan.

Di sudut kiri ada logo daun 5 lembar terbuka

Artinya      :       Sebagai logo “ cipta “, dimaksuh bahwa Studiklub Teater Universitas/IKIP Kristen Satya Wacana memiliki daya cipta tinggi dalam berkreasi sampai kapanpun.

Di bawah tercantum tulisan ‘STUDIKLUB TEATER MAHASISWA’ berdampingan dengan logo Universitas/IKIP Kristen Satya Wacana.

Dengan memperhatikan lambang ini terpetik harapan:

  1. Agar setiap mahasiswa ‘kampus hijau’ Universitas/IKIP Kristen Satya Wacana memiliki cita-cita atau harapan untuk terjun atau berapresiasi melakukan tindakan berkesenian, terutama di bidang teater, puisi, dan musik. Dengan melakukan tidakan kaderisasi atau ajakan melalui pementasan, diskusi, latihan, dimungkinkan muncunya tokoh-tokoh baru yang berminat bergelut dalam bidang ini.
  2. Mereka para alumnus anggota Studiklub Mahasiswa Universitas/IKIP Kristen Satya Wacana berkeinginan adanya ‘penerus’ di kalangan para mahasiswa kini. Melanjudkan keberhasilan ‘generasi tua’ memberi sajian hiburan bagi masyarakat.
  3. Meskipun sudah berusia ‘uzur’ para alumnus anggota Studiklub Teater Mahasiswa Universitas/IKIP Krinten Satya Wacana tetap saling menjalin hubungan kekeluargaan melalui : kontak lewat Handphone (HP; telepun genggam), Whats App (WA), saling kunjungan, dan reuni (temu kangen).
  4. Bersama alumnus yang lain, mereka tergabung di dalam Ikatan Alumni Universitas Kristen Satya Wacana (IKASATYA) —– tergambar di dalam ’logo’ Universitas Kristen Satya Wacana.

POTRET DIRI STUDIKLUB TEATER MAHASISWA (STM) UNIVERSITAS/IKIP KRISTEN SATYA WACANA DI SALATIGA

Gedung Unit VII Asrama Mahasiswa Universitas/IKIP Kristen Satya Wacana Jalan Kartini N0. 11 A, Kota Salatiga. Di Kamar Nomor 705, tempat dilahirkannya Studiklub Teater Mahasiswa (STM) Universitas/IKIP Kristen Satya Wacana (UKSW)

LAHIRNYA STM UKSW AWAL MARET 1970

Bermula dari dinamika kehidupan kampus, energi, dan aktualisasi diri. Gagasan mendirikan Kelompok Teater Mahasiswa di Universitas/Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kristen Satya Wacana yang kemudian diputuskan bernama Studiklub Teater Mahasiswa (STM) Universitas/IKIP Kristen Satya Wacana adalah muncul dari dua orang sastrawan muda, pembaca dan penulis puisi yaitu Bambang Sumarsono, mahasiswa Fakultas Teologia UKSW angkatan masuk 1969 dan Samuel Bambang Muharyono Heri Santoso, mahasiswa Fakultas Pertanian UKSW angkatan masuk 1969.

Kamar Nomor 705 yang berada di lantai 1 (satu) Gedung Unit VII Asrama Mahasiswa Universitas/IKIP Kristen Satya Wacana di Jalan Kartini N0.11 A Kota Salatiga ditempati oleh : (1) I Made Markus, BA, Asisten Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidian (IKIP) Kristen Satya Wacana. Asal Pulau Bali, (2) Bambang Sumarsono yang lebih dikenal sebagai ‘Bambang Pipo’, mahasiswa tingkat Prodadeus (Tingkat I) Fakultas Theologia Universitas Kristen Satya Wacana , angkatan masuk 1969. Asal Klaten, Jawa Tengah, dan (3) Sigit Jentoro , mahasiswa tingkat Prodadeus (Tingkat I) Fakultas Theologia Universitas Kristen Satya Wacana , angkatan masuk 1969. Asal Klaten, Jawa Tengah.

Sebagai gambaran tentang lokasi Asrama Mahasiswa ini, adalah: Konpleks Asrama yang membujur dari Barat ke Timur yang terletak di Jalan Kartini N0.11 A mulai ditempati mahasiswa sejak tahun akademi 1967/1968.

POTRET DIRI  STM UKSW-01

Di tahun 1970, yaitu tahun lahirnya STM UKSW terdiri 7 (tujuh) Unit Gedung Bertingkat 2 (dua) tempat tinggal para mahasiswa yang terdiri atas 20 kamar, yang masing-masing kamar ditempati 3 orang mahasiswa yang berasal dari kota/kabupaten, suku bangsa, berbeda.Disamping itu ada juga bangunan rumah-rumah beberapa dosen yang bertugas mengawasi para mahasiswa dan gedung-gedung lainnya, serta lahan yang banyak ditumbuhi pohon-pohon kelapa.

Di Tahun 1970, bangunan Gedung Asrama Mahasiswa Unit-1, Unit-2, Unit-3, dan Unit-4 berada di lahan bagian barat. Gedung Unit-5, Unit-6 dan Unit-7 berada di lahan bagian Timur. Dua lahan itu dibatasi oleh sebuah sungai kecil yang airnya terus mengalir, yang disenangi tempat bermainnya itik-itik milik penduduk di belakang Kompleks Asrama, yang berada di sebelah utara, yang dikenal sebagai Kampung Leongan. Sampai dengan tahun akademi 1971/1972, Gedung Unit-1 diperutukkan untuk tamu Universitas/IKIP, gedung-gedung unit-2. unit-3 dan unit-4 ditempati para mahasiswi, sedangkan gedung-gedung unit-5, unit-6 dan unit-7 ditempati oleh para mahasiswa. Saat itu tiap lahan memiliki pintu masuk/keluar. Tetapi sejak tahun akademi 1971/1972 pintu masuk/keluar untuk lahan gedung-gedung unit-5, unit-6 dan unit-7 ditutup. Unit-5, unit-6 dan unit-7 ganti ditempai oleh para mahasiswi, sedangkan gedung-gedung unit 2, unit-3, dan unit-4 ganti ditempati oleh para mahasiswa. Gedung unit-1 tetap disediakan untuk penginapan para tamu atau untuk mahasiswa tingkat doctoral yang sudah berkeluarga.

Akhirnya pembicaraan di Kamar 705, Unit VII (tujuh) Asrama Mahasiswa UKSW di Jalan Kartini 11 A Salatiga, diwujudkan dengan dukungan Kadarmanto, mahasiswa  Fakultas Teknik Jurusan Elektro UKSW angkatan masuk 1968,  Mattias, mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Elektro UKSW angkatan masuk 1969, dan Oka Sastrawan, mahasiswa Fakultas Hukum angkatan masuk tahun 1969. Mereka ini para penghuni Unit VII Asrama Mahasiswa UKSW di Jalan Kartini 11 A – Salatiga. Kecuali Mattias yang tinggal kost di rumah Keluarga Bapak Wiryadi, pegawai PLN (Perusahaan Listrik Negara). Catatan: Mattias kelak menjadi menantu Bapak Wiryadi dengan mempersunting saudari Asye, yang kemudian juga aktif sebagai anggota Studiklub Teater Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana.

George Junus Aditjondro

Nama Studiklub Teater Mahasiswa (STM) adalah usulan George Junus Aditjondro, mahasiswa Teknik Jurusan Elektro UKSW angkatan masuk 1968. Yang tinggal bersama Bapak Theo Van Bausekom, seorang Pimpinan Asrama  Mahasiswa Jalan Kartini 11 A. Rumah  tinggal pak Theo dan Junus tepat  berada persis di depan Unit VII.

George Junus Aditjondro kala itu sudah aktif mengirim tulisan ke beberapa Surat Kabar Nasional maupun Daerah. Gemar melakukan Kliping terutama yang berkaitan dengan Seni dan Budaya.  STM UKSW lahir kira-kira di awal bulan Maret 1970.

George Junus Aditjondro, pemberi nama Studiklub Teater Mahasiswa (STM) Universitas/IKIP Kristen Satya Wacana. Aktor Kisah Cinta Hari Rabu, produksi pertama tahun 1970. Foto : Tempo.co

Bambang Sumarsono

Pemilik naskah-naskah teater adalah Bambang Sumarsono yang kemudian dikenal sebagai  “Bambang Pipo”. Panggilan nama‘Bambang Pipo’ adalah  karena sering merokok dengan tembakau yang dibakar di Pipa Rokok/Cangklong . Dia sebelumnya aftif dalam Organisasi Massa: Gerakan Siswa Kristen Indonesia (GSKI) dan Gerakan Angkatan Muda Krisren Indonesia (GAMKI), juga sebagai pemain dan sutradara Teater Kristen di Klaten  bersama Bambang Subendo, yang akhirnya bertugas sebagai Wartawan Surat Kabar Sinar Harapan, serta Dedy Sotomo yang terakhir sebagai Bintang Flim terkenal.  Disamping itu ada nama Andi Rosa sebagai Penyiar Radio Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten. Selain suka merokok dengan tembakau yang dibakar di Pipa Rokok/Cangklong, Bambang Sumarsono gemar memakai baju ‘lurik” , hasil pengrajin tenun Pedan, Kabupaten Klaten.

Bambang Sumarsono alias Bambang Pipo, Pemrakarsa Berdirinya STM UKSW tahun 1970. Pendiri STM UKSW – Maret 1970, penghuni kamar 705 UNIT-VII. Pimpinan dan Sutradara STM UKSW 1970 s.d 1973.

Samuel Bambang Muharyono Heri Santoso

Yang bertugas mencari pemain untuk pentas perdana dengan lakon “ Kisah Cinta Hari Rabu ‘  karya Anton Chekov(Rusia), peterjemah Sapardi Joko Damono,adalah Samuel Bambang Muharyono Heri Santoso, yang kemudian dikenal sebagai “Bambang Boncel”. Nama Boncel adalah nama judul lagu yang dinyanyikan oleh Titik Sandhora yang berjudul “Si Boncel Anak Tetangga, bukan main nakalnya….” Yang pupuler di radio di tahun 1970-an.

Sebagai salah seorang penyiar Radio Pemerintah Daerah Kota Madya Salatiga, pengasuh acara “Sastra Udara Lembayung” dan “Berita Kampus”, ia bertindak sebagai Koordinator Penjualan Karcis Konser Lagu-lagu Populer Titik Sandhora-Muksin Alatas. Konser Musik diselenggaran oleh pihak Penyelenggara Radio Pemerintah Daerah Kota Madya Salatiga.   Titik Sandhora  berasal dari Kota Surakarta atau Solo, anak seorang Jaksa Pengadilan Negeri Kota Madya Surakarta.  Agar karcis laku keras maka S. Bambang Muharyono HS   mengenalkan  diri bahwa yang dimaksud Si Boncel si anak nakal adalah dirinya. Dia mengaku sebagai tetangga Titik Sandhora di Perumahan Kejaksaan Jl. Slamet Riyadi Surakarta, Kebetulan orangtua Titik Sandhora berasal dari Suku Madura, S. Bambang Muharyono HS menguasai berbahasa Madura. Jadi kalayak ramai percaya.

Samuel Bambang Muharyono Heri Santoso, lebih dikenal sebagai ‘Bambang Boncel’. Salah seorang pendiri STM UKSW. Asisten Sutradara Pereode 1970 s/d 1973, Sutradara tahun 1973 s.d 1974. Wartawan dan Penyiar Radio.

Panggilan “Boncel” di populerkan oleh teman-temannya penghuni Unit VII yang juga disebarluaskan oleh para siswa SMP Negeri 1 Salatiga, SMP Negeri 2 Salatiga, dan SMA Negeri 1 Salatiga serta para siswa sekolah lainnya, yang berada di sekitar Asrama Mahasiswa UKSW di Jalan Kartini N0. 11 A – Salatiga.  Para siswa menuliskan  tulisan “Si Boncel Anak Asrama Bukan Main Nakalnya” dengan kapur di sepanjang jalan Kartini, dari Pasar Jetis hingga Rumah Pemotongan Hewan. Sejak itu panggilan ‘Boncel’ populer sampai sekarang.

BACA JUGA:  Dukung PLB di Kota Bandarlampung, Pengemudi Angkot Antusias Gunakan BBM Ramah Lingkungan

Lakon Kisah Cinta Hari Rabu, diperankan oleh (1) Anna Wokas,  mahasiswa Fakultas Teologia UKSW angkatan 1970, sebagai pemeran pemilik rumah yaitu seorang gadis perawan tua yang menerima lamaran, (2) George Junus Aditjondro (†), mahasiswa Fakultas Teknik Elektro angkatan masuk 1968 , sebagai Tamu yang hendak melamar , dan (3) Abdi Wiyono (†), Fakultas Hukum angkatan masuk 1967, sebagai pemeran Pengung, seorang bujang usia 40 tahun, pembantu rumah tangga sang gadis tua.

Kemudian di tahun selanjutnya Anna Wokas, menjadi Pendeta Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) di Jakarta. George Junus Aditjondro aktif sebagai wartawan Majalah Tempo di Jakarta, Dosen Perguruan Tinggi di Australia mengambil gelar Doktor (S-3) dengan Disertasi tentang Konflik Gedong Ombo, aktif di Lembaga Swadaya Masyarakat Internasional, Menulis Buku Tentang Timor Timur sehingga ia menjadi sahabat para tokoh Pemerintah Demokratik Republik Timor Leste, serta Buku Gurita Cikeas.  Abdi Wiyono aktif sebagai Penulis, Sutradara, dan Pemain Film serta Senetron aftif di Taman Ismail Marzuki jalan Cikini Raya-Jakarta.

Sebagai Sutradara Lakon Kisah Cinta Hari Rabu, Bambang Sumarsono atau Bambang Pipo, Penata Pentas/merangkap sebagai Asisten SutradaraS. Bambang Muharyono HS atau Bambang Boncel, Penata Lampu Kadarmanto, Penata Musik Matias dan Dokumentasi Oka Sastrawan. Pentas perdana di Aula Gedung A, waktu itu belum disekat-sekat, Universitas Centre (UC) atau Balairung masih dalam rangka di bangun. Selanjutnya berpentas di Klaten, dan di Aula Universitas Diponegoro Semarang. Di Semarang bertemu dengan Darmanto Yatman (†), Dosen UNDIP. Penyair, Dramawan, dan Sastrawan.

Soedarmanto Jatman

Soedarmanto Jatman, lebih dikenal sebagai Darmano Jatman, Dosen Sastra Universitas Diponegoro, Semarang. Teaterawan dan Sastrawan. Lahir d Jakarta, 16 Agustus 1942 – meninggal di Semarang. Jawa Tengah, 13 Januari 2018. Foto : Kompas

Lakon-lakon Teater yang dipentaskan selama STM dibawah kepemimpinan merangkap Sutradara Bambang Pipo dan Sekretaris merangkap Asisten Sutradara  Bambang Boncel : (1) Les Chaises atau Kereta Kencana,karya : Eugene Ionesco, terjemahan : W.S. Rendra; (2) Kabut di Pagi Buta,karyaStanislavsky; (3) Pengembara  dari Sorga, karya Hans Sachs versi Sapardi Djoko Damono; (4) Petang Di Taman, karya Motinggo Busye’; (5) Burung Camar karyaAnton Chekov;  (6) Kebun Ceri karya Anton Chekov, dan masih banyak yang lain. STM UKSW juga pentas di Aula Universitas Negeri Gadjah Muda, Aula Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Sanata Dharma. Kunjungan untuk pentas lakon di IKIP Sanata Dharma dilanjutkan dengan kegiatan diskusi tentang Seni dan Budaya bagi mahasiswa.

Christoporus Soebakdi Soemanto

Christoporus Soebakdi Soemanto. Dosen Fakulfas lmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Teaterawan dan Sastrawan. Lahir di Solo, Jawa Tengah, 29 Oktober 1941 – meninggal di Yogyakarta , 11 Oktober 2014. Foto : Ensiklo.com

Dedy Sutomo

DEDY SUTOMO. Pemain Film, Teaterawan. Sahabat STM UKSW. Lahir di Jakarta, 26 Juni 1939 – meninggal di Jakarta, 18 April 2018. Foto : wartakota.tribunnews.com

Para pemain dan krew STM UKSW di era tahun 1970 sampai dengan 1973 selain yang telah disebutkan terdahulu, adalah: (1) Budi Prabawani (†) mahasiswa Jurusan Pendidikan Umum Fakultas Ilmu Pendidikan, angkatan masuk 1971; (2) Fedalili Budi Kana atau IKA, mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan Matemtika (FIPIA) angkatan masuk 1970, adik Dosen Bapak Nico L. Kana,  (3) Ira, mahasiswa Fakultas Hukum angkatan masuk tahun 1971; (4) John Manappo (†), mahasiswa Fakultas Hukum angkatan masuk tahun1967, yang pernah jadi Ketua Dewan Mahasiswa di era tahun 1974 dan Wakil serta Walikota Salatiga; (5) Widya, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan angkatan masuk 1970; (6) Herman Kanabele, mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Elektro, angkatan masuk 1969; (7) Sulastri, mahasiswa Fakultas Biologi, angkatan masuk 1969, (8) Edie Budi Prasetyo (Edie Betet) (†), mahasiswa Fakultas Hukum, angkatan masuk 1970; (9) Celsius Akwan, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, angkatan masuk 1970, yang dikemudian hari terkenal sebagai pemusik dan redaktur Majalah Musik Pop; (10) Dina, mahasiswa Jurusan Pendidikan Civic Hukum  Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, angkatan masuk 1968, (11) Sumardi, mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Elektro, angkatan masuk 1969, (12) Titik Hartini atau Titik Harto  mahasiswa Jurusan Pendidikan Umum Fakultas Ilmu Pendidikan, dan masih banyak yang lain tetapi kami ‘si kembar Bambang’ lupa, haraf dimaklumi. Tercatat sekitar 50 orang Mahasiswa sebagai anggota STM UKSW.

Pada tahun s.d 1969  Ketua Dewan Mahasiswa (DEMA) bung Alek Laturiu, yang kemudian menjadi  menantu Rektor Pertama UKSW Dr. O. Noto Hamidjojo,SH mahasiswa Fakultas Hukum, kemudian  tahun 1971 sd 1972 Stephen Kakisina (†) mahasiswa Fakultas Ekonomi. Di tahum 1973 s.d 1974, Ketua Dewan Mahasiswa adalah Jhon Titale, mahasiswa  Fakultas Teologi, selanjutnya Ketua Dewan Mahasiswa Jhon Manoppo (†) mahasiswa  Fakultas Hukum, saat itu Bambang Boncel sudah hendak selesai kuliah yang kemudian meninggalkan Kampus UKSW. Di zaman Ketua Dewan Mahasiswa Stephen Kakisina (†) dengan bendahara Endang Sasanti, mahasiswa Fakultas Biologi, STM UKSW memperoleh suntikan dana dari Pengurus Dewan Mahasiswa. STM UKSW di zaman Ketua Dewan Mahasiswa Setephen Kakisina, STM UKSW masuk di kepengurusan Dewan Mahasiswa khususnya di Seksi Seni dan Budaya.

Bendahara STM UKSW adalah Budi Prabawani(†). Keuangan STM UKSW selain suntikan dana dari Bendahara Dewan Mahasiswa, juga dari urunan para anggota berikut sipatisan. Jika mementaskan Lakon Teater tidak melakukan jual karcis.

Di tahun 1973 Saudara Bambang Pipo lulus Sarjana Muda Teologia (B.Th), pindah ke Lampung terpanggil menjadi Pendeta Jemaat. Sutradara Teater STM UKSW diteruskan oleh Bambang Boncel. Sebagai Ketua STM UKSW adalah Edie Budi Prasetyo (Edie Betet)(†).

Di tahun 1972 Bambang Boncel berpindah kuliah dari Fakultas Pertanian ke Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Fakultas Ilmu Pendidikan, lulus Sarjana Muda di akhir tahun 1974. Awal Januari 1975 menyusul ‘kembarannya’ yaitu Bambang Pipo ke Lampung. Hingga sekarang 2018 Bambang Pipo dan Bambang Boncel tinggal di Lampung.

Cara merekut mahasiswa menjadi anggota STM UKSW melalui acara pentas teater, pembacaan puisi, dan pesta ‘seribu perakan’. Pesta ‘seribu perakan’ adalah pesta dansa yang diadakan pada acara malem-mingguan maupun acara malam libur kuliah dengan sumbangan uang yang terkumpul sebanyak seribu rupiah (Rp. 1.000,-) untuk membeli kue. Minum cukup air putih rebusan. Uang kuliah mahasiswa UKSW pada waktu itu, setahun cuma Rp. 6.000,- (Enam ribu rupiah). Pesta Dansa diadakan di ruang tamu rumah kos mahasiswa  atau di rumah orangtua mahasiswa, dan Aula Asrama Mahasiswa Jalan Kartini 11 A.

Salah satu warga Kota Selatiga yang berpartisipasi menyumbangkan tari di Acara Pementasan Lakon Teater dan Pembacaan Puisi oleh STM UKSW adalah Saudari Melani Kusuma, Ratu Fotogenik Indonesia tahun 1971, kakak kandung Bintang Film Roy Marten yang bertempat tinggal di Kelurahan Mrican – Salatiga.

DEMONTRASI/PROTES PARA SENIMAN

Kepupoleran Bambang Boncel sebagai Pemain Teater di STM UKSW, pembaca Puisi, Pengasuh Acara Sastra Udara Lembayung di Radio Pemerintah Daerah Kota Madya Salatiga membuat dia digemari oleh kalangan seniman dan kaum muda Kota Salatiga. Dari situ atas dukungan seorang seniman sastra Salatiga Bondan Winarno dan seniman musik Salatiga,Yonatan Purba, mendirikan Teater Lazarus. Mereka yang tergabung di Teater Lazarus adalah: Bondan Winarno,  Yonatan Purba, Bambang Mrican, Suwito, Erni Pertiwi, Heriastuti, Endang Pujo,  Saniman. dan teman-teman seniman Alumni Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) yang ada di Salatiga.  Pentas Perdana Teater Lazarus adalah mementaskan lakon “ A Marriage Proposal atau Pinangan, karya Anton P. Checov.

Di tahun 1973 Bambang Boncel bersama-sama para seniman Salatiga, antara lain: Rudi Nalendra (Arsitek dan Wartawan), Sutondo (Pemusik dan Pegawai Palang Merah Indonesia), Darsono Kencet (Pelukis dan Pematung), Trimo (Bintang Film, Figuran), Roy Marten (Bintang Film),  Erni Pratiwi  (Penari dan Pelukis), Suwito (Pemusik dan Pengrajian Perhiasan berbahan emas/perak), Bambang Mrican (Pemusik), Sugiono (Pelukis) masih banyak yang lain melakukan demontrasi/protes kepada Pemerintah.  Demontrasi/protes dilakukan dengan menyelenggarakan Acara Pembacaan Puisi dan Penyalaan Api Unggun di bawah Pohon Beringin di Lapangan Pancasila Kota Salatiga, dekat Kantor Polisi Resort Kota Salatiga,

Kegiatan yang diadakan para seniman Salatiga  sebagai protes Kepada Pemerintah tentang larangan memakai Celana Cutbray dan berambut gondrong. Bambang Boncel sebagai pimpinan tindakan Demontrasi/Protes. Sebagai konsekwensinya, Bambang Boncel, semalaman dimasukkan ke dalam Sel Polisi. Terjadi debat antara pihak Kepolisian dan para tokoh Aksi Demontrasi/Protes para seniman, berkenaan dengan Hak Azazi Manusia. Hasil akhir dari Pihak Kepolisian bisa mengerti tentang maksud demontrasi/protes yang dilakukan oleh para seniman Salatiga. Akhirnya Pemerintah Daerah Kota Madya Salatiga memfasilitasi pameran foto dan lukisan di Ruang Tamu Hotel Kaloka di Taman Sari. Ibu Walikota Ibu Sugiman memfasilitasi berdirinya ‘Youth Centre’, bagi kaum muda Salatiga.

BACA JUGA:  Jaringan 4G XL Axiata Dukung Penyelenggaraan “Tour de Aceh 2022”

Pentas-pentas Lakon Teater Lazarus dilaksanakan di Gedung Gereja Kristen Jawa (GKJ) Jalan Diponegroro No. 55 Salatiga, depan Kampus UKSW dan di Gedung Pemuda Pemerintah Daerah Kota Madya Salatiga (Gedung untuk aktivitas Youth Centre), dekat Studio Radio Pemerintah Daerah Kota Madya Salatiga,  di Taman Sari.

ERA 1974 DIKALA BAMBANG BONCEL MASIH DI UKSW

Setelah Bambang Pipo berpindah ke Lampung, memimpin Gereja Kristen Lampung (GKL) Kota Gajah – Kabupaten Lampung Tengah, merupakan Jemaat Dewasa bagian dari Sinode Wilayah Satu Gereja Kristen Jawa (GKJ). Di kemudian hari Sinode Wilayah Satu GKJ berkembang menjadi Sinode yang mandiri, yang kini bernama Gereja-Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS), yang meliputi wilayah provinsi Lampung, Sumatera Selatan. Jambi, dan Bengkulu.

Periode setelah STM UKSW ditinggal pindah saudara Bambang Pipo, STM UKSW  dipimpin oleh saudara Edie Betet (Edie Budi Prasetyo) (†), dengan Sutradara setiap pentas lakon adalah Bambang Boncel.

Pentas lakon perdana STM UKSW yang dipimpin oleh Edie Betet adalah “Penumpang Kapal, karya Anton P. Checov”,dengan para pemain: (1) Edie Betet (†), mahasiswa Fakultas Hukum angkatan masuk 1970, memerankan tokoh  si Penguasa/Sang Diktaror (2) Bambang Sutopo (Top-Top (†), mahasiswa Fakultas Teologi, angkatatan masuk 1973, memerankan tokoh Si Penjilat dan (3) Wahyu ‘pendek’, mahasiswa Teknik Jurusan Elektro, angkatan masuk 1974, memerankan tokoh Si Korban. Sebagai penata musik merangkap penata pentas, jika tidak salah Doddy Surya, mahasiswa Fakultas Ekonomi, angkatan masuk 1973 dan Wahyu ‘duwur’ , mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) angkatan masuk 1972, sebagai penata pentas dan penata lampu.

Seperti pada zaman STM UKSW dipimpin oleh Bambang Pipo, kebiasaan STM UKSW menyelenggarakan ‘Pesta Dansa’ dilanjutkan lagi di periode STM UKSW dipimpin oleh Edie Betet. Juga dilakukan acara Pembacaan Puisi, pentas  ‘Monoloog’, pentas lakon-lakon pendek.

Pementasan dilakukan di lapangan tenis kampus UKSW, yang sekarang lahannya dibangun sebagai Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis UKSW.  Sebagai hasilnya adalah anggota STM mencapai hampir 75 orang anggota, dan memperoleh simpatisan dari kaum muda Kota Salatiga.

EDIE BUDI PRASETO

Edie Budi Praseto atau Edie Betet. Pimpinan Studiklub Teater Universitas Kristen Satya Wacana, penerus pimpinan Bambang Pipo, mulai tahun 1974 s.d seterusnya. Foto : Tempo.co

Di periode STM UKSW dipimpin oleh Edie Betet juga dilakukan pementasan ke kota-kota lain, selain Yogyakarta dan Semarang juga Solo/Surakarta, dan Pati. Lakon Teater yang dipentaskan untuk keliling ke luar kota antara lain adalah :”Kabut di pagi buta” karyaStanislavsky. STM UKSW juga mengundang group-group teater terkenal lainnya, antara lain Teater Keliling, yang dipimpin oleh Rudof Puspa. Juga dilakukan studi banding ke Bengkel Teater Pimpinan WS Rendra(†), Fakultas Seni dan Budaya Universitas Gadjah Mada dengan salah Satu dosen yaitu Bakdi Sumanto(†), dengan Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia IKIP Sanata Dharma dengan dosen Federik Sugeng Wibowo dan GregoriusSukadi,  dengan Jurusan Teater Akademi Drama dan Film (ASDRAFI) Yogjakarta. Yang sering diutus untuk Studi adalah Bambang Boncel, agar lebih matang sebagai Sutradara Teater.

Bapak Willy Toisuta, Pembantu Rektor Urusan Hubungan Masyarakat (Pembantu Rektor IV) kala itu memberi dukungan ke Studiklub Teater Mahasiswa UKSW dengan meminjami mobil untuk acara yang direncanakan STM UKSW.

Acara yang direncanakan oleh STM UKSW yaitu  mengundangSukmawati Sukarno-Putri dan Sujiwo, Pangeran Mahkota Kerajaan Kadipaten Mangkunegaran-Solo untuk mengisi acara Pembacaan Puisi, Konser Musik, dan pentas lakon pendek – teater yang diselenggarakan di Audutorium Centre atau Balairung Kampus UKSW/. Selain bantuan mobil dari Pembantu Rektor IV, pembiayaan diperoleh berasal dari menggadaikan ‘cincin pertunangan’ Bambang Sutopo dan Bambang Boncel serta meminjam uang dengan jaminan Sepeda Motor Merek Honda milik Edie Betet

Dalam acara pentas bersama Sukmowati Sukarno Putri dan Sujiwo, diawali dengan  Pembacaan Puisi oleh Bambang Boncel yang membacakan puisi karyanya yang berjudul ‘ SiLonceng‘, yang mendapatkan tepuk tangan meriah dari para penonton. Acara pentas seni tersebut  dilakukan penjualan karcis masuk. Perolehan uang sungguh luar biasa, selain bisa menyelamatkan cincin pertunangan dan sepeda motor milik anggota STM UKSW juga diperoleh sejumlah uang untuk mengisi kas STM UKSW.

Dengan berkumpulnya ‘si Kembar Bambang’ , yaitu Bambang Pipo danBambang Boncel di Lampung, Metro dan Bandar Lampung, hubungan dengan STM UKSW dengan Edie Betet dan teman-teman anggota STM UKSW berikutnya terus berlangsung. Dilanjutkan terus sampai dengan Edie Betet tamat sebagai Sarjana Hukum (SH) dan menjadi seorang Pengacara/Advokad terkenal di Jakarta serta menulis buku tentang Advokad, yang diterbitkan oleh Gramedia. Juga terus dilakukan kontak dengan para alumnus, para mantan anggota STW UKSW antara lain: (1) Pendeta  Reva Natigor Sihombing, pendeta Gereja Kristen Indonesia (GKI) Gisting yang kemudian pindah ke GKI Tanjungkarang, (2) Pendeta Bambang Sutopo (Top Top) (†), pendeta GKI Buaran – Jakarta Timur, (3)  Agus Projo Sasmito,  Bursa Effek Jakarta, (4) Karnugroho,  (†) . karyawan Bank BNI-1946, (5) Edie Sukmono(†), Petugas Asuransi Kerugian,  (6) Sunan Sitompul, Aparatur Sipil Negara di Departeman Dalam Negeri, (7) Saut Tobing(†),pengusaha, (8)Sahala Tobing, pengusaha, (9) PrasetyoUtomo(†), karyawan BUMN PT. Garuda Indonesia Airways, dan (10) Tri Bawono, pengusaha.

Dalam suatu Acara Reuni Ikatan Alumni Universitas Kristen Satya Wacana (IKASATYA) Cabang Jakarta di Hotel Orchid, yang kini lahannya kini menjadi ‘Taman Anggrek’, di Jakarta-Barat, kira-kira di tahun 1980 bertemulah Edie Betet dan kedua Bambang dari Lampung (Pipo dan Boncel). Sejak itu saling berkunjung diantara ‘tiga serangkai’ , Bambang Pipo, Bambang Boncel, dan Edie Betet, Jakarta dan Lampung. Rumah Edie Betet di Pejompongan-Jakarta, rumah Bambang Pipo di Kota Metro, dan rumah Bambang Boncel di Kota Tanjungkarang (sekarang dikenal sebagai kota Bandar Lampung).

Dalam suatu Acara Reuni IKASATYA Cabang Lampung di Kota Bandar Lampung,  berkunjunglah rombongan teman-teman anggota STM UKSW yang telah berada di Jakarta, yaitu: (1) Edie Betet (†), (2) Edie Sukmono(†), (3) Karnugroho (†), dan (4) Tri Bawono ke Kota Bandar Lampung. Salah satu kenangan yang tak bisa dilupakan adalah ramai-ramai membeli dan makan durian di kawasan wisata, di dekat rumah Bambang Boncel. Selanjutnya yang sering berkunjung ke Kota Bandar Lampung adalah Keluarga Edie Betet dan saudara Edie Sukmono.

Untuk selanjutnya Bambang Pipo dan Bambang Boncel sering berkunjung dan menginap di rumah Edie Batet di ‘Pejompongan – Jakarta. Pernah menginap di rumah Karnugroho, rumah Agus Projo Sasmito, Rumah orang tua Saut dan Sahala Tobing.

Pernah dilakukan ‘Reuni Anggota STM UKSW terbatas’ di Wisma Pardede Puncak-Bogor. Berkumpullah di situ: (1)  Bambang Pipo, dari Kota Metro-Lampung sendirian, (2) Bambang Boncel  dari Kota Tanjungkarang-Lampung sendirian (3) Edie Betet(†),bersama isteri Ratna dan dua anaknya Satya dan Sakta, (4) Saut Tobing (†), bersama isteri, (5) Tri Bawono bersama isteri, (6) Agus Projo Sasmito bersama isteri, (7) Prasetyo Utomo (†),, yang masih bujangan, (8) Sahala Tobing, yang masih bujangan, (8) Sunan Sitompul, yang masih bujangan, serta (9) Saudara Sepupu-Wanita Saut Tobing yaitu Risma, masih gadis. Di Wisma Pardede Puncak-Bogor teman-teman STW UKSW memiliki acara ‘bernyanyi/karaokean’, membakar jagung, makan-makan dengan lauk daging kambing-guling, dan minum-minuman kopi, jahe dan teh. Saat itu terjadi peristiwa unik, yang menurut Bambang Pipo disebut ‘Lakon Teater Kisah Cinta di Hari Rabo, sungguhan’.

Disebut demikian karena ada acara ’ Mak Comblang’, yaitu mempertemukan si ‘Jejaka Kasep’ Praseyo Utomo dan Risma, saudara sepupu Saut Tobing.  Kedua orang itu kita kurung di dalam sebuah kamar. Diapit oleh Kamar Edie Betet dan keluarga, serta kamar Saut Tobing suami-isteri. Dibiarkan berunding, yang akhirnya kedua orang itu menjadi suami-isteri. Bambang Boncel sering berkunjung ke rumah keluarga ini di Jati Waringin – Jakarta.

Suatu hari Edie Betet mengajak Bambang Pipo dan Bambang Boncel ketika dua Bambang ini bertamu ke rumah Edie Betet di Penjompongan, untuk diajak  pergi ke Diskotik Pit Stop  di Jalan MH Thamrin 6, Hotel Sari Pan Pacific Lt 2 Jakarta. Disana bertemu Sunan Sitompul dan Om Billy, alumni Jurusan Sejarah FKIP UKSW seta Bintang Film ngetop Taruli Artha Sortiana Pangaribuan akrab dipanggil Ully Artha  (lahir tahun 1953)

BACA JUGA:  252 Mahasiswa PPG FKIP Unila Resmi Menjadi Guru Profesional

Saat itu Om Billy bertugas sebagai ‘Manager’ Diskotik Pit Stop, Saat itu Uliarta sedang pesta berulang tahun kelahiran. Oleh Sunan Sitompul kedua Bambang dari Lampung diperkenalkan sebagai ‘Camat Lampung’. Dan memperoleh ‘ciuman persabatan’ dari Ully Artha.

Kunjungan saling berbalas antara Bambang Pipo dan Bambang Boncel dengan teman-teman anggota STM UKSW yang tinggal di Jakarta terus berlanjut.  Kunjungan dilakukan  ke rumah-rumah Edie Betet (†), Edie Sukmono (†), Karnugroho (†), Tri Bawono, dan Agus Projo Sasmito, maupun ke teman-teman Alumni UKSW yang bukan anggota STM UKSW yang tinggal di Jakarta.

Semua itu dilakukan oleh Bambang Pipo bersama isterima RetnoPudjiastuti dan Bambang Boncel bersama isterinya Chatarina  Sudaltinah. Sehingga hubungan kekeluargaan itu semakin erat.

Saat Edie Sukmono dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Esa , Bambang Boncel dan isterinya (Chatarina Sudaltinah) dari Lampung ini melayat ke Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Demikian juga ketika Ana Br. Pasaribu isteri Agus Projo Sasmito dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Esa,Bambang Boncel dan isterinya dari Lampung  melayat ke Kelapa Gading Jakarta. ‘Kenang-kenangan’ pemberian  dari Agus Projo Sasmito berupa jas masih tersimpan rapi hingga sekarang.

Perlu menjadi catatan bahwa Bambang Boncel dari Lampung berusaha  menelpun  teman-teman Alumni UKSW yang bisa terhubung, memberitakan bahwa Edie Betet sakit keras, dirawat di Rumah Sakit Pelni Petamburan. Masih menggunakan telepon kabel dari rumah. Sesampainya di Jakarta, Bambang Pipo dan Bambang Boncel memperoleh berita bahwa Edie Betet telah meninggal dunia. Jenasah beliau dibawah ke rumahnya sendiri (bukan ‘kontrakan’ di Pecompongan) yaitu di Kompleks Perumahan Permatasari – Jaka Sampurna, Jakarta. Berhubung di jalan kendaraan ramai, kami berdua baru tiba di rumah duka pukul 21.00 (Sembilan malam).Demikian juga teman-teman baru bisa berkumpul pada malam hari. Di rumah ‘duka’ tersebut juga hadir para advokad, antara lain Gani Djemat, Adnan Buyung Nasution, dan masih banyak yang lain. Semasa masih hidup Edie Budiprasetyo menjabat sebagai Sekretaris Umum organisasi para advokad, yaitu ‘Asosiasi Advokad Indonesia (AAI) , Setelah dilakukan Kebaktian Pemberangkatan Jenasah, yang dipimpin oleh Pendeta Bambang Sotopo (Top-Top) tepat tengah malam pukul 24.00 jenasah Edie Betet diberangkatkan ke rumah orang tuanya di Pati – Jawa Tengah untuk dimakamkan di Pemakaman Keluarga.

Bambang Pipo dan Bambang Boncel sering  menghadiri acara setiap Dies Natalis UKSW di Salatiga, Saking cintanya dengan UKSW anak-anak keluarga Bambang Pipo dan keluarga Bambang Boncel di kirim ke Salatiga. Di-studikan di Satya Wacana, dari sejak SMA Laboratorium UKSW hingga mahasiswa di Fakultas/Jurusan  di UKSW. Jadi anak – anak keluarga Bambang Pipo maupun anak-anak keluarga  Bambang Boncel adalah alumnus UKSW.

STUDIKLUB TEATER MAHASISWA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA PERIODE TAHUN 1975 DAN SETERUSNYA

Tanggal 12 Desember 1974 Samuel Bambang Muharyono Heri Santoso atau Bambang Boncel lulus dari Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan (BP) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Kristen Satya Wacana di Salatiga. Sejak Januari 1975 ia menyusul ‘kembarannya’ Bambang Pipo ke Kota Gajah, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Sejak itu selintas tentang STM UKSW dikemukakan oleh Doddy Surya salah seorang anggota STM UKSW sebagai berikut:

Dalam rentang waktu 5 (lima) tahun dari sejak tahun 1975 sampai dengan tahun 1980 anggota Studiklub Teater Mahasiswa (STM) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) semakin bertambah. Tercatat nama-nama: Agus Suryono, Yustina,  Any Sukotjo, Joko Urip, Sarjono, Yonatan Lie, Santo, Putut, Handoyo, Tri Rusdatiani, L Wardani, Juk Brotokosoemo, Sudjarno, Dwi N, Sam Heru, Syuli D, Jito, Suwantini, Sri  Mastuti, Ruslan Wahyudi, Asye.Totok, Roswatiningsih, Martono, Ninung, Hardoto Imam, Asri Sawiji, Halomoan, Desy Kristina, Jeany, Suseno, Abraham Suprono, Winarsih, Bambang ‘degleng’ atau Bambang Pranoto, Sugiarto alias ‘Petruk’,Pramono, dan masih banyak yang lain. Disamping anggota STM ‘lama’ periode sebelum tahun 1975 yang masih aktif bergabung, antara lain: Doddy Surya, Tribawono, Edi Budi Prasetyo (Edie Betet), Agus Projo Sasmito, Reva Natigor Sihombing, Mattias, dan lain-lain.

Semakin banyaknya mahasiswa yang tergabung ke STM UKSW karena Studiklub Teater Mahasiswa UKSW sering mengadakan pentas teater dan pembacaan puisi serta penyajian musik kampus. Uniknya keanggotaan tersebut bergabung secara spontan dengan latar belakang asal daerah yang berbeda, beragam, lintas adat dan budaya. Dengan keberagaman tersebut makin bervariasi gagasan yang muncul sehingga klub teater mahasiswa Satya Wacana  yang telah berdiri sejak tahu 1970 semakin kreatif dengan performance yang semakin berkembang. Gedung pertunjukan kampus yang dulu dikenal sebagai Universitu Centre (UC) kini dikenal sebagai Balairung Universitas serig terisi oleh pementasa teater, pembacaan puisi pementasan musik, dan diskusi-diskusi Sastra dan Budaya. Penyelenggara Utama adalah Studiklub Teater Universitas Krsten Satya Wacana.

Beberapa ‘lakon’  teater yang dipentaskan periode kepimpinan Edie Budie Prasetyo, antara lain: Kapai-Kapai, Merahnya – Merah, Kartini tersisih, Usus Duabelasjari, Exstravaganza (Teater-Musik), dan masih banyak yang lain. Di setiap pentas teater selalu diiringi dengan alunan musik hidup oleh anggota STM UKSW (akustik, elekrik band) sehingga menambah wawasan berkreasi sajian Studiklub Teater Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana.

STM UKSW juga mengundang tamu-tamu teater, musikus, dan sastrawan ke kampus Universitas Kristen Satya Wacana. Mereka adalah: (1) Kelompok Seni Sawong Jabo (dari Yogyakarta), (2) Kiyai M.H Ainum Najib (dari Yogyakarta), (3) Pemusik Bimbo (dari Bandung), (4) Pemusik Leo Kristi, (5) Apreasi Puisi oleh Soedarmanto Jatman (dari Semarang), (6) Apresiasi Puisi oleh Sitor Situmorang (dari Yogyakarta), (7) Group ‘Teater Keliling’ pimpinan Rudof Puspa dari D.K.I Jakarta. Telah 5 (lima) kali pentas di Kampus UKSW Salatiga.

Hampir sebulan sekali di setiap malam minggu Studiklub Teater Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana menyelenggarakan pestas. Menghibur para Civitas Academika UKSW dan msyarakat Kota Salatiga.

Di tahun 1975 dan selanjutnya kepengurusan Studiklub Teater Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, sebagai berikut:

Ketua/Koordinator       :       Edie Budi Prasetyo (₶) (Fakultas Hukum). Seorang Advokad tinggal di Jakarta.

Sekretaris/petugas penge-tikan naskah   :       Doddy Surya (Fakultas Ekonomi). Pensiunan Aparatur Sipil Negara yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas, tinggal di Pontianak-Kalimantan Barat.

Sutradara Teater :       Reva Natigor Sihombing (Fakultas Theologia). Pendeta ‘Emeritus’ Gereja Kristen Indonesia, tinggal di Bandar Lampung.

Koordinator Musik        :       Bambang Pranoto atau Bambang ‘Degleng’

(Jurusan Elekto, Fakultas Teknik). Seorang ‘pengusaha’ obat-obatan Herbal ‘Kutus-Kutus’ tinggal di Bali.

Dibantu oleh para ‘anggota’ yang lain, sesuai dengan talenta dan kemampuan masing-masing

Hampir semua ‘mantan’ anggota Studiklub Teater Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana setelah menyelesaikan kuliah di Kampus Hijau ‘UKSW”, hidup sukses di bidang keahliannya. Ada yang sukses sebagai ‘pendeta’ di gereja, sebagai ‘pejabat’ di pemerintahan atau sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) pensiun dengan pangkat golongan empat (Pembina, Pembina Tk.I. Pembina Utama Muda, Pembina Utama Madya, Pembina Utama), sebagai ‘Pimpinan Perusahaan’ Swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sebagai ‘Pengusaha’ atau Sukses di Bidang Wirausaha, sebagai Pendidik (guru maupun dosen), sebagai Jaksa/Hakim/ Advokad terkenal, sebagai wartawan, dsb. Di masa tua, di masa pensiun menikmati hidup ‘sukses’. Ini berkat hasil pengalaman aktif sebagai anggota Studiklub Teater Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana. Meskipun telah bertempat tinggal berbeda dan berjauhan hubungan diantara mereka tetap terjalin ada WA STM. Berkali-kali melakukan reuni, temu-kangen. Di Tanggal 2 s.d 4 Agustus 2019 diadakan reuni di Bali.

Meninggalkan ‘Kampus Hijau UKSW’ terakhir di tahun 1980. Sejak itu STM UKSW tinggal ‘kenangan’ belaka. Namun masih diharapkan ‘Visi dan Misi Studiklub Teater Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana diteruskan oleh mahasiwa Universitas Kristen Satya Wacana berikutnya. Semoga !***

Penulis : Samuel Bambang Muhariono Heri Santoso (Kakek Boncel)
Editor : Robertus Bejo