BANDARLAMPUNG — Sejuta masker untuk Lampung. Gerakan menjadi salah satu gerakan spontan yang awalnya dikerjakan oleh ibu-ibu peduli pada situasi terkini karena menyebarnya virus Covid 19.
“Saya dan beberapa teman menyebutnya #solidaritaskeuskupantanjungkarangbersamalawancovid19,” kata Ch Dwi Yuli Nugrahani, Ketua Komisi Keadilan Perdamaian dan Pastoral Migran Perantau (KKPPMP) Keuskupan Tanjungkarang saat ditemui di Bandarlampung, Rabu (01/04/2020).
Menurut Yuli, begitu Ch Dwi Yuli Nugrahani akrab disapa, yang terlibat di dalamnya adalah Caritas Keuskupan Tanjungkarang, KKPPMP Keuskupan Tanjungkarang, Wanita Katolik RI Lampung, Paguyuban Devosan Kerahiman Ilahi (PDKI) Lampung. “Kemudian Serikat Sosial Vincentian (SSV) Lampung, Kelompok Pemerhati LP Keuskupan Tanjungkarang, Gerakan Aktif Tanpa Kekerasan (GATK) Lampung, Bidang Diakonia Paroki Katedral Tanjungkarang, Komisi Kepemudaan Keuskupan Tanjungkarang, OMK, Komsos Keuskupan Tanjungkarang, suster CB, HK, FSGM, dan siapa pun yang peduli,” jelasnya.
Menurutnya, di daerah Bandarlampung dan Margoagung, dibuat satu koordinasi untuk mensinergikan internal sesama relawan jahit misal butuh bahan kain, karet, benang dan sebagainya. Selain itu juga sinergi dengan jaringan lain yang ada di Bandarlampung dalam gerakan sejenis, seperti Rannalla.id, YKWS dan sebagainya. “Sedangkan untuk daerah di luar Bandarlampung, mereka bisa melakukannya di tempat masing-masing untuk kebutuhan masing-masing,” ucapnya.
Diakui Yuli, dia selalu siap memberikan tutorial untuk pembuatan masker secara langsung maupun online, sehingga masker yang dibuat bisa berguna walaupun tidak 100% seperti standar yang diharapkan. “Kebanyakan masker-masker dibuat dari dua lapis kain katun dengan lubang untuk memasukkan filter tambahan jika dibutuhkan. Filter tambahan bisa menggunakan tisu basah yang dikeringkan,” kata Yuli.
Masker-masker yang dijahit manual atau menggunakan mesin oleh banyak orang lanjut Yuli, kemudian dikumpulkan di tiga tempat, yaitu susteran CB Tanjungseneng, FSGM Pasirgintung dan HK Wisma Albertus Pahoman untuk dicuci dan seterika sebelum diedarkan.
“Sebisa mungkin bahan menggunakan kain perca atau kain bekas sehingga mengurangi sampah. Namun banyak juga donatur yang mengirimkan kain-kain baru untuk dijahit. Donatur lain karena tak bisa ikut menjahit, merekamengirimkan karet atau benang, bahkan ada yang membelikan mesin jahit mini untuk digunakan,” katanya.
Ditegaskan Yuli, penerima masker adalah orang-orang yang tidak bisa di rumah saja karena harus terus bekerja, khususnya yang tak mampu mengakses masker karena langka dan mahal. Misal pedagang keliling, pekerja pasar, pekerja transportasi dan sebagainya,” imbuh Yuli.
Diutarakan, Ketua KKPPMP Keuskupan Tanjungkarang ini, hingga Rabu 1 April 2020, masker yang terkumpul sekitar 1000 buah, sebagian di antaranya sudah dibagikan ke yang membutuhkan. “Produksi jahit terus berlanjut di tempat masing-masing sembari proses selanjutnya dijalankan,” lanjutnya.
Untuk diketahui, selain masker, gerakan bersama ini juga mengumpulkan hand sanitizer untuk dibagikan ke orang-orang yang rentan. Sementara, baru ada 100 botol kecil yang terkumpul dan siap diedarkan.
Kepedulian lain yang dibangun adalah perhatian untuk para pekerja rumah sakit. Mereka sangat minim fasilitas padahal sangat beresiko karena menghadapi pasien segala jenis yang belum ketahuan sakit apa.***
Editor : Robert