Homili Misa Kamis Putih Oleh Romo Condro

Uncategorized2,696 views

ALTUMNEWS.Com, BANDARLAMPUNG – Kamis, 01 April 2021 umat Katolik merayakan Kamis Putih. Kamis Putih merupakan perayaan awal Tri Hari Suci (Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Sepi).

Kamis Putih dirayakan untuk mengenang momen kebersamaan Yesus dan para murid. Di sini Yesus memecah roti juga membagikan anggur sebagai lambang tubuh dan darah-Nya.

Akan tetapi, tak hanya menyoal perjamuan terakhir, umat Katolik juga diingatkan untuk senantiasa melayani sesama. Teladan ini ditunjukkan Yesus dengan membasuh kaki para murid.

Di Gereja Katolik Ratu Damai Teluk Betung Bandarlampung Keuskupan Tanjungkarang, Misa Kamis Putih dimulai pada pukul 18.00 WIB dengan jumlah umat terbatas. Tentu dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Romo Yulianus Bambang Condro Saptono, Pr memimpin Misa Kamis Putih.

Berikut Homili Misa Kamis Putih Oleh Romo Condro

Di dalam perjamuan pesta pada umumnya tuan rumah atau yang mengundang berpakaian rapi dan menarik sambil menerima dan menyapa para undangan dengan senyuman. Selama perjamuan tuan rumah tidak bekerja keras atau melayani makanan dan minuman secara langsung kepada para tamu undangan. Yang sibuk melayani makanan dan minuman adalah para pelayan, entah sosial, atau pekerja dari usaha katering tertentu. Dengan kata lain aneka urusan kebutuhan selama pesta pada umumnya tidak ditangani langsung oleh si pemilik pesta, tetapi oleh para pekerja khusus.

Hari ini kita kenangkan perjamuan malam yang diselenggarakan oleh Yesus bagi para rasulNya. Yesus sebagai pemimpin pesta melayani secara langsung dalam hal makanan dan minuman, bahkan la membasuh kaki para rasul satu persatu dengan penuh pelayanan dan kerendahan hati. Setelah selesai melayani para rasul Yesus berpesan: “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”. Pesan ini kiranya juga terarah bagi kita semua yang beriman kepadalya, maka marilah kita renungkan, kenangkan dan hayati dalam hidup bersama kita di manapun dan kapanpun.

Kaki adalah anggota tubuh yang paling bawah, jika tanpa alas kaki berarti langsung bersentuhan dengan tanah, maka boleh dikatakan sebagai anggota tubuh yang paling kotor. Kaki juga harus menanggung beban seluruh tubuh serta membuat orang bermalas-malasan alias kaki tak mau bergerak atau dinamis alias kaki senatiasa bergerak dengan cepat dan cekatan.

Membasuh kaki berarti memperhatikan saudara-saudari kita yang berada paling bawah: pemimpin kepada rakyat, orangtua kepada anak anak, guru kepada para peserta didik, dst; memperhatikan dengan penuh membahagiakan yang dilayani. Seorang pelayan yang baik pada umumnya memiliki ciri khas: rendah hati, ceria, gembira, cekatan, tidak mengeluh, menggerutu ketika sedang melayani, siap sedia menerima tugas apa pun, dst. Pelayan baik senantiasa berusaha secara optimal jangan sampai mengecewakan atau membuat marah yang dilayani. Kita semua dipanggil untuk saling melayani dan membahagiakan, lebilh lebih atau terutama terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan atau yang kurang memperoleh perhatian. Hal ini perlu dilakukan dalam komunitas basis, seperti keluarga, tempat kerja, dimana setiap hari kita memboroskan waktu, tenaga dan perhatian kita. Para pemimpin, orangtua, atasan, dst, hendaknya memberi teladan seperti Yesus telah memberi teladan kepada para rasul.

Membasuh kaki berarti membersihkan, maka kita dipanggil untuk saling membasuh kaki, saling membersihkan satu sama lain, meneladan Tuhan yang “menempatkan jemaat di hadapan diriNya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau serupa itu, tetapi untuk senantiasa saling berfikir positif, saling memengutamakan yang baik, luhur, mulia dan benar yang ada dalam diri kita masing-masing. Sebagaimana seorang pelayan senantiasa bersikap baik, penuh hormat dan kasih terhadap yang dilayani, demikian juga kita dipanggil untuk saling berbuat baik, saling menghormati dan mengasihi, sikap demikain ini kiranya terjadi dalam suatu perjamuan dimana masing-masing orang berusaha menhadirkan diri sehingga menarin, memesona dan memikat orang lain. “Setiap kali kamu makan roti dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai sekarang. Pada hari ini kita kenangkan juga pelayanan ekaristi, yang pertama kali kita imani diselenggaakan oleh Yeus dalam perjamuan terakhir bersama pada rasul.

Dalam perjamuan tersebut Yesus memberikan tubuh dan darahnya sendiri berupa roti dan anggur kepada para rasul. Setiap menghadir perayaan ekaristi, kita semua yang telah boleh menerimanya, juga menerima tubuh dan darah Yesus Kristus dalam rupa roti dan anggur alias menerima komuni kudus. Paulus mengingatkan kita semua bahwa “setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai sekarang. Apa artinya dengan menerima komuni kudus kita dipanggil untuk memberitakan kematian Tuhan sampai la datang, artinya mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui sesama demi kebahagiaan dan keselamatan mereka. Kematian Tuhan adalah pengorbanan diri Yesus di kayu salib, di mana Yesus menjadi pengorban sekaligus korban demi keselamatan dan kebahagiaan seluruh dunia. Maka kita diharapkan tidak mengorbankan orang lain demi keuntungan atau kebahagiaan diri kita sendiri, tetapi siap sedia untuk berkorban bagi keselamtan dan kebahagiaan sesama kita. Karena kita telah makan dan minum Tubuh dan darah Kristus, maka diharapkan cara hidup dan cara bertindak kita meneladan Yesus, yang datang untuk melayani bukan dilayani dengan menyerahkan Diri seutuhnya bagi keselamatan seluruh bangsa. Karena yang kita sambut adalah sama, yakni Tubuh dan Darah Kristus, maka seharusnya terjadi persaudaraan, persahabatan sejati diantara kita.***

Editor : Robertus Bejo