Menakar Kepedulian Awam Katolik dalam Sosial, Politik, dan Kemasyarakatan di Keuskupan Tanjungkarang

Berita Utama, Politik2,523 views

Komunitas yang terus bertumbuh

Komunitas kita sebagai Gereja, secara definitif menjadi Keuskupan Sufragan, sejak tahun 1961 dibawah pimpinan atau penggembalaan Mgr. Albertus Gentiaras, SCJ, ketika dia diangkat oleh Tahta Suci dan ditahbiskan di Roma sebagai Uskup oleh Paus Yohanes XXIII.

Sebelumnya Mgr. Albertus Gentiaras telah menjabat sebagai Prefektur Apostolik sejak tahun 1952 atau setelah dua dekade lebih ‘babat alas’ Gereja Katolik di bumi ini dimulai, yaitu tahun 1928 di kota Tanjung Karang, Provinsi Lampung.

Nyaris peran komunitas Awam Katolik tak kentara dalam peran menggereja dan memasyarakat di publik Sai Bumi Ruwa Jurai (Satu Tanah, Dua Suku) sekitar saat itu.

Aktivitas pastoral Umat kental sekali yang diistilahkan dengan ‘Pastor Centris’ atau sebutan lain top down. Belum begitu akrab di telinga istilah panggilan memasyarakat sekaligus menggereja dalam persepektif sebagai satu kesatuan hidup berbangsa dan bernegara di tengah kemajemukan yang ada saat itu.

Kondisi tersebut diduga kuat dapat turut ‘menggiring’ Umat ke dalam komunitas Umat yang ekslusif untuk beberapa dekade. Bahkan sampai hari ini mental tersebut masih melekat di beberapa tempat atau komunitas.

Memasuki Era Mgr Andreas Henrisoesanta, SCJ, sejak tahun 1976, perlahan tapi pasti ‘mendorong’ gerak pastoral Awam Katolik akan kemandiriannya secara sporadik ditengah ‘belantara’ masyakarat Lampung, semakin mewujud tahap demi tahap.

Perpasgelar I 1992 adalah momentum penting ‘Tonggak Sejarah Pedoman Arah’ nya keuskupan ini bagi Umat Allah (Hirarki & Awam), yang secara khusus adalah mau mendorong dan mengedepankan Awam Katolik dalam rangka menggereja di tengah dan bersama Masyarakat. Perkembangan Gereja semakin disadari menjadi tanggung jawab semua pihak dengan peran masing-masing, sebagai satu kesatuan Umat Allah. Apa itu tugas Klerus dan apa itu tugas Awam Katolik yang siap untuk diutus dalam sinergitas dan keselarasan sebagai Jemaat serentak anggota Masyarakat umum nya, semakin dipahami dan berangsur diaktualisasikan.

BACA JUGA:  Pengurus Vox Point Indonesia DPD Provinsi Lampung Periode 2020-2024 Resmi Dilantik

Spirit yang hendak dibangun adalah semangat Konsili Suci (Konsili Vatikan II, 1962-1965) dimana Gereja membuka pintu dan jendelanya selebar-lebarnya dari dan untuk dunia lebih luas dalam Karya Keselamatan Kristus sebagai ragi, garam, dan terang di tengah Masyarakat atas konsekuensi baptisan yang diterima dengan mengemban tiga tugas utama kerasulan yakni kenabian, imamat, dan rajawi sebagai mandat perutusan masing-masing maupun kolektif.

Motto Episkopal Mgr. Yohanes Harun Yuwono sebagai pimpinan ke III keuskupan ini yaitu, Allah Tidak Membeda Bedakan Orang(Kis 10 : 34), semakin tampak dan mendorong bahwa semangat inklusifitas Gereja sebagai institusi maupun komunitas semakin berkembang dan terbuka lebar.

Survei Tentang Kepedulian Awam Katolik terhadap Sosial Politik Kemasyarakatan

Dalam rentang waktu 3 bulan Vox Point Indonesia Provinsi Lampung dalam semester I tahun 2021, melalui direktorat sosial politik kemasyarakatan DPD Vox Point Indonesia Provinsi Lampung, yang diketuai oleh Ir. YB. Lilik Ariyanto, ST., M.ST., telah melakukan survei.

Pelaksanaan survei tersebut sebagai salah satu cara menggali bahan untuk masukan penting dalam rangka membuat kajian sederhana berkenaan dengan pembuatan program kerja DPD Vox Point Indonesia Lampung, yang berhubungan dengan Sosial Politik Kemasyarakatan dewasa ini.

Dari survei (tentang sikap dan reaksi umat terhadap sosial politik kemasyarakatan) tersebut, bertujuan, yakni; pertama untuk mengetahui bagaimana kepedulian Awam Katolik dalam memasyarakat berkenaan dengan konteks merawat dan berpartisipasi berkehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka semakin mewujudkan kesetaraan, kerjasama, dan partisipasi sebagai sesama warga Bangsa.

Hal kedua adalah sekaligus dapat juga kita peroleh informasi tentang sejauh mana respon Umat (Awam Katolik) terhadap survei itu sendiri

Dari hasil survei yang dilakukan secara acak/random ke hampir mencakup wilayah Keuskupan Tanjungkarang tersebut, mendapatkan tanggapan 114 responden yang tersebar di lebih dari separoh jumlah Paroki/Unit Pastoral di Keuskupan ini, dalam kurun waktu 3 bulan, antara 23 Februari 2021-23 Mei 2021.

BACA JUGA:  Gubernur Arinal Apresiasi Dibukanya Penerbangan Air Asia Lampung - Jakarta, Diharapkan Dukung Pengembangan Pariwisata Daerah

Hasil Survei

Hal pertama , secara garis besar potret Umat Katolik dari survei tersebut menyikapi kehidupan sosial politik dan kemasyarakatan yang dapat dikategorikan dalam 3 hal. Tiga hal itu dapat digunakan sebagai bahan menakar kepedulian Umat dalam menggereja sekaligus memasyarakat, yaitu:

(a). Kondisi Tata Kelola

Lebih dari 70 % responden menyatakan kondisi tata kelola penyelenggaraan pemerintahan belum berjalan baik.

(b). Partisipasi

100% Responden telah menanggapi dan semua menyatakan perlunya warga dari komunitas katolik untuk ambil bagian dalam aneka peran yang ada di dalam Masyarakat.

(c) Peran dalam Partisipasi

Nyaris 50% responden menyatakan masuk dalam semua peran di masyarakat, yang meliputi wilayah eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Itulah gambaran reaksi atau kepedulian Umat dalam menyikapi tatanan dan dinamika hidup memasyarakat di Bumi Lampung.

Tentu harapannya semua sepakat bahwa kita tak hanya berhenti pada sebatas tiga reaksi atau penilaian di atas. Perlu semakin meningkatnya kemauan dan keberanian untuk gerakan yang bersifat partisipatif yang makin kuat dan meluas dari Komunitas Awam Katolik dalam bidang kehidupan sosial, politik, dan kemasyarakatan.

Meminjam istilah RD. Yohanes Thedens Tana, beberapa tahun lampau (2004), ketika itu mengatakan : just do it, kepada semua hadirin, dalam suatu acara sosialisasi salah satu Calon Walikota Bandarlampung, di Krida Wisata, Bandarlampung.

Maksudnya bahwa kesadaran memasyarakat dalam ragam peran, telah dipunyai. Tinggal sekarang adalah soal aksi atau kemauan mewujudkannya.

Sebagai Awam Katolik yang mengakui syahadat iman Katolik plus segala pengajarannya, tentu haruslah memaklumi bahwa segala aktivitas bukanlah semata mata sekadar aksi belaka. Akan tetapi segala peran yang diemban dengan aneka kadarnya tersebut, adalah disadari sebagai panggilan perutusan atas dasar konsekuensi Rahmat baptisan yang diterima. Inilah kekhasan kita Awam Katolik sebagai pengemban tugas kerasulan/pemuridan, di tengah dan bersama Masyarakat luas, selain panggilan sebagai anak anak Bangsa.

BACA JUGA:  Penambahan BTS Indosat di Pekalongan Lampung Timur Rebut Hati Pelanggan

Hal kedua, dari survei yang telah dilakukan melalui metode mengisi quisioner via google form, muncul pelbagai reaksinya yang cukup menyita perhatian. Satu hal yang perlu dikemukakan walaupun nampaknya sepele, tetapi hal itu sebagai potret sisi lain terkait mentalitas sebagian Awam kita.

Hanya untuk urusan mengisi quisioner saja, tampak kebingungan seperti gagap. Tak cukup itu, disaat yang sama muncul pertanyaan :”apakah ini sudah atas izin Uskup belum atau gimana?” dan deretan ungkapan sejenis yang muncul.

Hal ini mengingatkan saya dengan seorang teman dari Lampung Tengah, yang pernah berseloroh,….”mau mendirikan kandang ayam aja, jangan jangan musti tanya Romo dulu, sebaiknya menghadap ke mana?”

Menurut direktur Direktorat Bidang Sosial Politik Kemasyarakatan DPD Vox Point tersebut di atas, apapun reaksi Umat dalam menanggapi survei adalah menjadi bagian tolok ukur keberhasilan survei itu sendiri.

Berjalan penuh Harapan

Harapannya survei ini bisa menjadi alat untuk menakar dalam rangka memberikan kontribusi dalam menyusun perencanaan, pendekatan, dan strategi terkait penajaman kualitas dan pengembangan kuantitas peran Awam Katolik dalam ragam perutusannya di masyarakat luas saat ini dan masa depan.

Hal tersebut harapannya selaras juga dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan Komunitas Gereja (baca Awam) yang makin inklusif (teguh dalam prinsip, luwes dalam cara) di masyarakat dengan makin banyaknya peran yang bisa diraihnya dengan saling menjaga sinergitas dengan Hirarki.

Kiranya Komunitas Gereja di Lampung makin Mandiri, Berdaya Tahan, Berdaya Pikat, dan Transformatif di tengah dunia yang kompleksitas tantangannya makin meningkat.***

Disusun oleh:
TA. Kumbono, SP.
(Sekretaris DPD Vox Point Indonesia, Lampung/berdasarkan survei Vox Point Indonesia DPD Lampung)