Pesan Natal PGI dan KWI dan Tema Natal 2021 : Cinta Kasih Kristus Yang Menggerakkan Persaudaraan

ALTUMNEWS.Com, LAMPUNG SELATAN — Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengeluarkan pesan Natal serta tema Natal 2021.

Pesan Natal Bersama ini ditandatangani oleh Ketua Umum PGI, Pdt. Gomar Gultom dan Sekretaris Umum PGI, Pdt. Jackevyne F. Manuputy, serta Ketua KWI, Kardinal Ignatius Suharyo dan Sekretaris Jenderal KWI, Mgr Antonius 

“Karena kamu telah menyucikan dirimuoleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.”

Saudara-saudari terkasih,
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia dan Konferensi Waligereja Indonesia menyampaikan salam Natal bagi kita semua.

Untuk kedua kalinya kita merayakan Natal di tengah pandemi Covid-19. Kita bersyukur, berkat kerja keras pemerintah, keterlibatan berbagai lembaga swasta dan semangat persaudaraan yang merupakan sifat hidup bangsa kita, sekarang ini kita sudah berada dalam keadaan jauh lebih baik dibandingkan beberapa waktu yang lalu. Tetapi memulihkan keadaan, mengatasi akibat-akibat dahsyat pandemi Covid-19 yang menyangkut berbagai segi dan wilayah kehidupan masih membutuhkan waktu dan usaha keras seluruh warga bangsa-pemerintah, lembaga-lembaga bisnis dan warga masyarakat. Untuk itu perlu semangat persaudaraan dalam arti yang seluas-luasnya.

Saudara-saudari terkasih,
Perayaan Natal di tahun kedua pandemi ini mengajak kita untuk melihat kembali saudari-saudara yang ada disekeliling kita. Surat 1 Petrus yang menjadi inspirasi Pesan Natal ini, ditulis untuk jemaat Kristiani di Asia Kecil yang sedang menghadapi penderitaan karena penganiayaan. Surat ini berisi nasihat tentang hidup praktis yang sesuai dengan iman Kristiani dan cara jemaat menghadapi penderitaan karena penganiayaan. Jemaat yang menerima surat ini dinasehati untuk memiliki rasa persaudaraan yang tulus ikhlas didalam Kristus. Mereka adalah sesama “pendatang dan perantau” di dunia ini (2:11). Karena perasaan senasib dan sepenanggungan, mereka semestinya hidup seperti bersaudara kandung. Meski berada dalam berbagai cobaan, jemaat diyakinkan mengenai tujuan hidup yang agung, yaitu untuk terus menerus memurnikan iman mereka (1:7) dan turut ambil bagian didalam penderitaan Kristus (4:13). Sebaliknya, dengan memandang kepada Yesus sebagai batu penjuru, jemaat diimbau untuk menanggalkan perilaku yang memecah belah hidup persaudaraan, seperti; kejahatan, tipu muslihat, kemunafikan, kedengkian, dan fitnah (2:1). Dalam keyakinan tersebut, pengikut Kristus memperoleh identitas baru sebagai umat milik Allah sendiri (2:9) dan dipanggil untuk memberitakan karya-Nya melalui kehidupan mereka ditengah-tengah dunia yang tidak bersahabat serta dengan sungguh-sungguh dan dengan segenap hati mengasiihi satu sama lain (2:12,17).

BACA JUGA:  Biro Kesejahteraan Sosial Setda Lampung beserta BKKBN Adakan Workshop Workshop Bina Keluarga Remaja Sehat Berkarakter

Natal 2021 mengingatkan kita untuk saling mengasihi dengan segenap hati dalam kasih persaudaraan yang tulus dan ikhlas melalui tindakan belarasa. Yesus Kristus yang kita rayakan kelahiran-Nya mendorong kita untuk mencari jalan-jalan baru yang kreatif untuk saling mengasihi, mewartakan keadilan dan membawa damai sejati.

Saudari-saudara terkasih,
Siapakah saudari-saudara kita? Bagi mereka yang berada dalam kesulitan, saudari dan saudara adalah mereka yang memberikan pertolongan (bdk. Luk. 10:36-37). Natal kali ini meminta kita yang digerakan oleh kasih Kristus untuk menjadi saudari dan saudara bagi mereka yang berada dalam kesulitan.
Orang Indonesia adalah orang yang memegang erat falsafah persaudaraan. Seperti jemaat yang menerima Surat 1 Petrus, kita dengan sesama warga bangsa mesti menghidupi persaudaraan yang melampaui ikatan darah atau identitas primordial lainnya dengan cara berbelarasa dengansaudari-saudara kita, khususnya saudari-saudara kita yang paling membutuhkan. Belarasa bukanlah sekedar perasaan, tetapi kompetensi etis yang bersumber pada iman dan berbuah pada tindakan, bahkan gerakan untuk membantu sesama secara nyata. Inspirasi iman itu kita temukan dalam diri Yesus sendiri. Ia menjadi sama dengan kita (bdk. Flp. 2:7). Hati-Nya selalu tergerak oleh belas kasihan ketika Ia melihat orang-orang yang menderita (Mrk. 8:2). Ia menyatakan kepada para murid “Hendaklah kamu bermurah hati sama seperti Bapamu adalah murah hati” (Luk. 6:36). Ia juga menyatakan “…. segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang diri dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat. 25:40). Sebagai murid-murid Yesus, dalam hidup kita bersama, kita diundang untuk “menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Flp. 2:5)

Pandemi covid-19 menyadarkan kita bahwa kita semua adalah saudari dan saudara yang berada dalam satu perahu dunia yang sedang menghadapi badai covid-19. Dalam situasi ini, falsafah hidup persaudaraan sebagai karakter khas orang Indonesia menjadi semakin bermakna dan semakin mendesak untuk kita batinkan dan wujudkan. Sebagai saudari dan saudara kita diharapkan untuk saling menunjukkan kasih melalui aksi nyata. Persaudaraan yang sejati akan memupuk semangat belarasa. Semangat belarasa sebagai kompetensi etis yang bersumber pada iman Kristiani, akan memunculkan pertanyaan yang mesti kita jawab bersama-sama sebagai saudari dan saudara: “Apa yang harus kita lakukan, supaya lingkungan hidup kita menjadi semakin manusiawi?”. Ketika jawaban terhadap pertanyaan itu kita temukan – melalui kontemplasi dan analisa sosial – diperlukan kompetensi etis yang kedua, yaitu kerjasama diantara kita. Dari dinamika ini akan muncul gerakan-gerakan baru yang kreatif untuk menanggapi tantangan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang menyangkut berbagai segi hidup manusia.

BACA JUGA:  JPIC FSGM Indonesia-Pemprov Lampung Siap Perangi Perdagangan Orang

Dengan hidup saling menolong sebagai ungkapan belarasa satu sama lain, kasih Kristus dihadirkan secara nyata dan kita alami bersama. Mari kita mengambil waktu khusus untuk menjadi saudari dan saudara bagi siapa pun yang membutuhkan pertolongan, karena apa pun yang kita lakukan bagi saudari-saudara kita khususnya yang paling membutuhkan, kita melakukannya bagi Kristus (Mat. 25:31-46).

Tuhan memberkati.***

Editor : Robertus Bejo