Ini Dia Profil Romo Vinsensius Setiawan Triatmojo, Uskup Keuskupan Sufragan Tanjungkarang Terpilih

ALTUMNEWS.Com, BANDARLAMPUNG — Umat Katolik Keuskupan Tanjungkarang bersukacita, telah memiliki uskup terpilih. Reverendus Dominus (RD) Vinsensius Setiawan Triatmojo, terpilih sebagai Uskup Keuskupan Sufragan Tanjungkarang.

Pengumuman nama uskup baru tersebut disampaikan Administrator Apostolik Keuskupan Tanjungkarang Mgr. Yohanes Harun Yuwono pada akhir Perayaan Misa Ekaristi Minggu Adven IV di Gereja Katedral Kristus Raja Tanjungkarang, Bandarlampung, Sabtu, 17 Desember 2022.

Dikutip dari santoyosephpalembang.or.id,
dukungan keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam perjalanan hidupnya membiar.

Romo Vinsensius Setiawan Triatmojo merupakan anak ke 3 dari 9 bersaudara berasal dari keluarga campuran Pakem Jawa Tengah dan Malang Jawa Timur.

Romo Avien panggilannya, ternyata sejak dalam kandungan mendapat berkat untuk menjadi imam. Seorang pastor dari Amerika yang memberikan berkat setelah kelahirannya mengatakan kepada ibunya: “Anak ini nanti akan menjadi seorang pastor “.

Ternyata jalan hidupnya berjalan dengan lancar karena sejak kelas 3 SD ia bercita-cita untuk menjadi seorang imam dan akhirnya tercapai.

Banyak suka duka yang dialami selama 15 tahun hidup menjadi imam tetapi berkat didikan kedua orang tuanya sejak kecil dengan disiplin dan rajin berdoa membuatnya tetap tegar apalagi saat ini keluarga tinggal di Sindang Curup.

Yang paling berkesan dalam hidupnya adalah soal panggilan kesempurnaan Allah apalagi sebagai penyelamat jiwa-jiwa, semakin berat dosa dunia maka semakin berat tantangannya tetapi karena sudah dipanggil maka ini merupakan tanggung jawab, tidak boleh menyerah dan harus berjuang;

Romo Avien berkeinginan agar gereja Katolik sungguuh-sungguh menjadi garam dan terang dunia untuk memberikan pelayanan gereja kepada masyarakat luas dan menerapkan kesaksian tentang cinta kasih.

Terkait dengan pelayanannya di gereja Santo Yoseph Palembang beliau berkomentar bahwa umat secara katekese masih sangat kurang, sehingga penghayatan-penghayatan terhadap sakramen juga menjadi semakin berkurang sehingga tidak konsentrasi dalam mengikuti misa.***