“Kami malam-malam menyusuri kali (sungai) sambil cari ikan. Lama-lama sampai ‘lho kok dari jarak jauh itu sudah kena air aku, kayak embun gitu lho, tapi denger-denger ada suara gemercik air, tahu-tahu ada air terjun kayak gini ya (Air Terjun Sinar Tiga),” jelas Mbah Bas.
ALTUMNEWS.Com, PESAWARAN — Air Terjun Sinar Tiga yang sekarang keadaannya ingar-bingar setiap weekend atau hari libur, ternyata ditemukan pertama kali oleh Basrowi (70) pada tahun 1966 silam.
Basrowi atau yang dikenal dengan Mbah Bas merupakkan salah satu tokoh masyarakat di Dusun Sinar Tiga, Desa Harapan Jaya, Kecamatan Way Ratai, Kabupaten Pesawaran.
Kala itu pada tahun 1966 Mbah Bas belum menetap di Dusun Sinar Tiga, bersama temannya benama Sidar, kerap kali mencari ikan pada malam hari di sepanjang sungai yang membelah pegungungan Pesawaran.
“Dulu menemukan air terjun itu saya tahun sekitar ya 66-67.
Saya belum belum menetap (di Sinar Tiga) masih naik turun gunung,” jelas Mbah Bas seperti dikutip dari Krakatau.id, Minggu (06/8/2023).
“Dulu saya mencari ikan bersama teman saya namanya Sidar, teman dari Yogyakarga, sekarang dah ninggal, rumahnya di Sinar Ogan sini.”
Dulu ada beberapa jenis ikan di sepanjang sungai di pegunungan Pesawaran kata Mbah Bas, namun sekarang sudah mulai punah.
“Kan kita malam-malam menyusuri kali sambil cari ikan. Dulu banyak ikannya di kali, ada ikan wader sama udang, sama sili yang banyak, sidat, tapi sekarang enggak ada ikannya,” jelasnya.
Mbah Bas dan Sidar terus berjalan menyusuri sungai, hingga pada pukul 02.00 WIB, mereka menemukan Air Terjun Sinar Tiga.
“Kami mencari ikan, terus menyusuri kali, lama-lama sampai lho kok dari jarak jauh itu sudah kena air aku, kayak embun gitu lho, tapi denger-denger ada suara gemercik air, tahu-tahu ada air terjun kayak gini ya. Waktu menemukan air terjun itu sekitar jam 2-an, setengah 3-an dini hari,” jelas Mbah Bas yang juga dijuluki ‘Juru Kunci Gunung Sukma Ilang’.
Menurut Mbah Bas saat itu bersama Sidar ketika menemukan Air Terjun Sinar Tiga niatnya adalah untuk mencari ikan.
“Waktu itu memang aku niat cari ikan, tapi karena masih hutan rimba ya dari sini (Dusun Sinar Tiga) perjalanan dua jam, padahal cuma 800-an meter dari sini,” paparnya.
Sejak saat itu, Mbah Bas bertekad untuk membuka jalur ke aras Air Terjun Sinar Tiga agar keindahannya dapat dinikmati dan dikunjungi banyak orang.
“Kalau petunjuk itu cuma angen-angen aku, ya rencana aku kalau masih ada umur panjang, mau saya lestarikan jadi wisata kayak gitu. Pikiran aku waktu itu kalau masih ada umur, sampai aku bisa ngerjain, jadiin ini wisata begitu. Kalau petunjukku ya biar orang-orang sini ini tahu lho ini kok ada alam kayak gini,” kata Mbah Bas.
Untuk mulai mewujudkan mimpinya, Mbah Bas setiap hari menyempatkan waktunya untuk membuat jalur menuju air terjun yang memiliki ketinggan 30-an meter itu.
“Kalau yang merintis jalan ya dulu sendirian aku, buat jalan setiap hari asal, setiap seminggu, setengah bulan aku ke sana bikin jalan, lama-lama terus ada kawan bantu-bantu, yo aku ikut Mbah, yo ayo. Terus sudah ada pengunjung satu dua, satu dua. Nah terus sudah ada pengunjung ya sampai sekarang ini,” terangnya.
Lempengan Batu Besar di Bawah Air Terjun Sinar Tiga
Ada sebuah batu besar berbentuk lempengan, menurut Mbah Bas dulu masih berada di atas seperti jembatan.
“Waktu itu di air terjun itu, batu yang jatuh itu, dulu di atas itu untuk jembatan air, jadi bentuknnya itu seperti kayak goa gitu lho, terus jatuhnya jatuh sendiri itu, wong bawah batu untuk lewat bisa kok waktu dulu. Binatang-binatang itu bisa nyeberang ke sana ke sini, orang aja ada yang bisa lewat,” ungkap Mbah Bas.***