Muhammad Nabi Cinta

Oleh: Eddy Aqdhiwijaya, Ketua Gerakan Islam Cinta (GIC)

ALTUMNEWS.Com, JAKARTA — Seorang penganut Katolik yang taat, Craig Considine yang juga seorang dosen Sosiologi di Rice University Amerika Serikat menulis sebuah catatan tentang Rasulullah Saw dan Islam. Di tengah kecenderungan sebagian Muslim yang memilih jalan kekerasan. Craig, menjadi sepasang mata baru dan segar dalam mengungkap tentang Islam sejati, yang penuh cinta (rahmah) damai (salam) dan welas asih. Kumpulan catatannya tersebut kemudian dibukukan dan diterbitkan dengan baik oleh penerbit Noura, Mitra Gerakan Islam Cinta (GIC) yang berkantor di Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Pada waktu remaja, Craig sempat berpandangan bahwa Islam adalah Bin Laden, Al-Qaeda, dan kekerasan sebagaimana yang digambarkan media. Namun, ketika Craig kuliah di American University dan bertemu dengan Professor Akbar Ahmed, pandangannya tentang Islam berubah total.

Professor Ahmed yang seorang antropolog dan pemikir Islam telah berhasil membuat Craig bukan hanya penasaran, tetapi juga jatuh cinta kepada pribadi Muhammad. Craig terus belajar tentang Islam lebih banyak lagi dan menemukan sifat rahmah (penuh cinta) Muhammad Saw, dan juga ajarannya yang mengutamakan prinsip cinta dan kasih sayang, sebagaimana sabdanya “alhubbu asaasii” cinta adalah prinsipku, atau asasku (ajaran agamaku).

Diantara kumpulan catatannya, Craig mengungkap bahwa sebagai warga Amerika penganut Katolik yang taat, tidak masalah bahwa Muhammad tidak menganut keyakinan yang sama dengannya. Yang penting bagi Craig adalah karakter dan perilakunya. Pada akhirnya, itulah yang diharapkan dari umat manusia: agar mereka dapat melihat melampaui keyakinan-keyakinan keagamaan dan warna kulit manusia, dan melihat kedalam hati serta jiwa mereka.

Di tengah perjalanannya mempelajari Islam, Craig selalu mendapatkan pertanyaan menohok, mengapa ia yang penganut Katolik mempelajari Islam, dan Craig memberikan jawaban jujur dari lubuk hatinya bahwa ia adalah seorang yang haus akan makna, dimanapun makna itu bisa ditemukan. Bahkan Craig tegaskan tidak peduli jika makna yang ia cari itu berada di padang pasir Arab atau sebuah desa kecil di Perancis. Craig bertekad menjembatani dunia-dunia yang kita pahami, melalui penciptaan makna. Craig bersungguh-sungguh menemukan sumber-sumber yang menuntun pada kedamaian.

BACA JUGA:  Roadshow Literasi Cinta Tebarkan Semangat Perdamaian Dalam Keberagaman di Kota Tapis Berseri

Dalam perjalanannya mempelajari Islam, Craig mengakui kebesaran Muhammad. Beliau merupakan seorang luar biasa yang terus mengilhami segenap Muslim dan non-Muslim di seluruh dunia. Bahkan, Craig berani mengakui bahwa Nabi Muhammad adalah satu-satunya manusia terbesar dan paling berpengaruh yang pernah hidup di muka bumi. Hal senada, juga pernah diungkap oleh Michael Hart, penulis buku The 100, menempatkan Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah. Kata Hart dalam bukunya “Nabi Muhammad adalah satu-satunya manusia sepanjang sejarah yang sangat berhasil baik pada level keagamaan maupun sekulernya”.

Selama ini, Muhammad kerap digambarkan dan dipandang sebagai pemimpin agama. Namun, bagi Craig ada baiknya kita mengingat bahwa Muhammad juga seorang revolusioner. Bahkan Muhammad adalah penentang sengit rasisme pada masa rasisme merajalela dimana-mana. Nabi Muhammad membuat argumen yang belum pernah ada sebelumnya bahwa bangsa kulit putih maupun kulit hitam sama-sama setara di hadapan Tuhan.

Dalam khutbah terakhirnya, Nabi Muhammad menyatakan: “Seorang Arab tidak lebih tinggi derajatnya dibanding orang non-Arab dan orang non-Arab tidak lebih tinggi derajatnya dari orang Arab; juga seorang kulit putih tidak lebih tinggi derajatnya dibanding orang kulit hitam sebagaimana orang kulit hitam tidak lebih tinggi derajatnya dibanding orang kulit putih, kecuali karena kesalehan dan amal baiknya”. Sayangnya banyak dari kita cenderung mengabaikan pernyataan Nabi ini.

Dan dalam catatannya lagi, Craig mengungkap sebuah pertanyaan apakah Nabi Muhammad layak dikagumi di kalangan umat kristen? Dan ia pun tegas menjawab, “saya percaya, ya. Kepedulian Nabi Muhammad yang utama adalah menuntun umat manusia ke jalan yang benar”. Jangan lupa, bahwa Nabi Muhammad menyerukan kepada umat Islam untuk menghormati para pemimpin Kristen, melindungi gereja-gereja, dan menganggap kaum yang minoritas secara keagamaan berkedudukan setara dengan semua anggota masyarkat lainnya.

BACA JUGA:  150 Da’i Muda Dibekali Strategi Dakwah Islam Cinta di Media Digital

Dalam sejarahnya, tidak ada pemimpin dunia yang diolok-olok melebihi Nabi Muhammad. Sejak kelahiran Islam pada 632 M, Nabi Muhammad digambarkan sebagai tukang fitnah, fanatik, teroris, dan karena kedekatan dan kecintaannya terhadap dunia anak, Nabi Muhammad juga pernah digambarkan sebagai pedofil, dan masih banyak lagi cercaan yang lainnya. Namun, menurut buku “The Covenants of the Prophet Muhammad with the Christians of The World (diterbitkan Angelico Press,2013) tuduhan-tuduhan itu terbukti keliru, penuh prasangka, dan tidak didasarkan pada ilmu pengetahuan yang memadai.

Muhammad adalah Nabiyurrahmah (Nabi Cinta), Mahatma Gandhi menyebut Muhammad “harta karun kebijaksanaan tidak hanya bagi umat Islam, tetapi juga seluruh umat manusia”. Selamat memperingati Maulid Muhammad, Nabi Cinta. Semoga Allah, melimpahkan Cinta-Nya kepada Nabi Cinta, kepada keluarganya, sahabatnya, dan juga pengikutnya yang penuh cinta. Amiin yaa Rabbal ‘Alamiin.***