Inflasi Lampung September 2025 Tetap Terkendali, Meski Naik Dibanding Bulan Sebelumnya

ALTUMNEWS.Com, BANDAR LAMPUNG — Provinsi Lampung mencatat inflasi sebesar 0,16% (mtm) pada bulan September 2025. Meskipun mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya yang mencatat deflasi sebesar 1,47% (mtm), inflasi Lampung masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 0,21% (mtm).

Secara tahunan, inflasi Lampung tercatat sebesar 1,17% (yoy), naik tipis dari bulan Agustus yang sebesar 1,05% (yoy), namun tetap di bawah rata-rata nasional yang mencapai 2,65% (yoy).

Menurut data yang dirilis Bank Indonesia Provinsi Lampung, inflasi bulan ini utamanya disebabkan oleh kenaikan harga komoditas dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta perawatan pribadi dan jasa lainnya. Komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah cabai merah (0,13%), daging ayam ras (0,12%), dan emas perhiasan (0,05%).

Kepala Perwakilan BI Provinsi Lampung Bimo Epyanto menjelaskan bahwa naiknya harga cabai merah disebabkan oleh berakhirnya masa panen yang menyebabkan pasokan menurun.

“Sementara itu, harga daging ayam ras terdorong oleh penurunan pasokan DOC (day old chicks), dan kenaikan harga emas perhiasan dipengaruhi oleh tren kenaikan harga emas global akibat ketidakpastian geopolitik dan sentimen kebijakan ekonomi Amerika Serikat,” jelas Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, Bimo Epyanto dalam release yang diterima Altumnews.com, Rabu (1/10/2025).

Namun demikian menurut Bimo, inflasi bulan ini tertahan oleh deflasi beberapa komoditas seperti bawang merah (-0,26%), vitamin (-0,03%), dan tomat (-0,03%) yang mengalami penurunan harga seiring meningkatnya pasokan dari masa panen di beberapa sentra produksi.

Ke depan lanjut Bimo, Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Lampung memperkirakan inflasi akan tetap terkendali dalam target sasaran 2,5±1% (yoy) sepanjang tahun 2025. Meski demikian, sejumlah risiko tetap harus diwaspadai, di antaranya: Kenaikan permintaan agregat akibat kenaikan UMP sebesar 6,5% dan perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) di akhir tahun, kenaikan harga emas global yang masih berlanjut dan kenaikan harga beras pasca panen gadu serta curah hujan tinggi yang berpotensi mengganggu produksi pangan

“Untuk mengantisipasi risiko tersebut, BI dan TPID Lampung akan melanjutkan strategi pengendalian inflasi melalui pendekatan 4K: Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif,” kata dia.

Bimo menegaskan langkah konkret yang akan dilakukan antara lain operasi pasar beras, perluasan toko pengendali inflasi, kerja sama antar daerah, penguatan distribusi melalui subsidi angkutan, serta koordinasi rutin untuk memantau harga dan pasokan.

“Bank Indonesia menegaskan komitmennya untuk terus bersinergi dengan pemerintah daerah dan lembaga terkait demi menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat Lampung,” pungkas Bimo.***