ALTUMNEWS.Com, BANDAR LAMPUNG -– Bekas tempat kos mahasiswa yang sempat terbengkalai itu kini bertransformasi menjadi pusat gerakan ekologis dan pembinaan iman Katolik. Dalam perayaan Ekaristi penuh syukur, Uskup Tanjungkarang, Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo, secara resmi melaunching Asilo Hermelink sebagai pusat kegiatan rohani dan sosial, Sabtu (19/7).
Dengan luas lahan lebih dari 2,5 hektar di kawasan strategis Gedung Meneng, Rajabasa, kompleks yang sebelumnya terabaikan kini menjadi rumah baru bagi banyak harapan: Laudato Si Centre, Camping Ground, Sekretariat ORMAS & Komisi Kepemudaan, Campus Ministry, Sanggar Seni Budaya, Jogging Track, hingga Dapur Umum. Seluruh fasilitas itu diarahkan untuk membentuk generasi muda Katolik yang peduli lingkungan, beriman tangguh, dan aktif bermasyarakat.
“Tempat ini adalah panggilan untuk membangun dunia yang lebih nyaman—bukan hanya untuk kita, tapi untuk generasi mendatang,” ungkap Mgr. Vinsensius dalam homilinya.
Mgr. Avien, begitu panggilan akrabnya, menegaskan bahwa revitalisasi Asilo Hermelink adalah jawaban atas ajakan Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si untuk merawat bumi sebagai rumah bersama.
Mgr. Vinsensius mengenang awal mula melihat tempat itu dalam keadaan ruwet dan tidak terawat.
“Saya sendiri tak punya harapan. Tapi ternyata Tuhan membuka jalan lewat banyak tangan sederhana,” katanya.
Menururnya para relawan yang hadir dalam diam mulai membenahi area itu, membangun dari bawah, dan membentuk satu visi bersama.
Kini, tempat itu berdiri sebagai simbol gerakan kolektif umat dan menjadi ruang inkubasi bagi program-program ekologis dan pendidikan iman. Dengan pendekatan kaderisasi berjenjang, tempat ini dirancang sebagai ruang terbuka formasi iman Katolik: 100% Katolik, 100% Indonesia.
Launching Asilo Hermelink ini sekaligus menjadi rangkaian peringatan atas tiga momentum penting: 10 Tahun Ensiklik Laudato Si (24 Mei 2025), Hari Lingkungan Hidup Sedunia (5 Juni 2025) bertema “Jauhkan Bumi dari Polusi Plastik”, serta Hari Mangrove Sedunia (26 Juli 2025).
Ketiganya menguatkan pesan bahwa gerakan Gereja bukan hanya soal liturgi, tapi juga aksi nyata: menjaga ekosistem, membangun solidaritas, dan melatih kepemimpinan sosial berbasis nilai-nilai Injili.
Mgr. Avien berharap tempat ini menjadi model nasional dan bahkan global.
“Pelan-pelan, kita akan jadi percontohan dunia: membangun ruang yang nyaman dan mencetak generasi emas Indonesia,” pungkasnya.***
Penulis : Sr. M. Fransiska FSGM





