Dalam Diam Hutan, Satu Tandu Menuju Basecamp Gunung Betung

ALTUMNEWS.Com, PESAWARAN -— Langkah-langkah kaki terdengar berat namun teratur menyusuri jalur licin di lereng Gunung Betung. Di antara dedaunan rimbun dan semak kopi, 13 orang mengangkat sebuah tandu darurat yang berisi jasad seorang pendaki muda. Hening, tak ada suara selain desir angin dan napas para relawan yang menahan lelah. Sabtu siang (31/5/2025) itu, proses evakuasi berjalan tanpa halangan—meski penuh keharuan.

Teuku Muhamad Najib Hibabulloh (22), mahasiswa IIB Darmajaya asal Bandarlampung, tergelincir dan tewas saat mencoba berfoto di tepi Air Terjun Atas Gunung Betung. Meski telah diperingatkan temannya, Najib tetap mendekati zona terlarang dan akhirnya jatuh dari ketinggian sekitar 30 meter.

“Saya bersama teman-teman lainnya langsung buka jalur ke lokasi dari camping ground. “Dari pertigaan pertama, lewat kebun kopi, terus turun jalur bawah. Itu jalur yang paling aman buat evakuasi,” cerita Agus Rianto, Koordinator Pos Gunung Betung saat ditemui Altumnews.com di Basecamp Gunung Betung, Minggu (1/6/2025).

Agus mengenang detik-detik saat jenazah ditemukan. “Posisinya setengah terduduk, nyandar di batu. Celananya sudah robek-robek. Dari lokasi ke camp ground, sekitar setengah jam. Lalu dari sana ke basecamp, juga sekitar setengah jam ditandu,” katanya dengan nada pelan.

Proses evakuasi dilakukan oleh gabungan tim penjaga pos, empat pendaki dari Tambak Rejo, dua pendaki lain yang sedang berada di area, serta beberapa warga sekitar. Mereka saling bergantian memanggul tandu melewati jalur yang terus menurun.

“Kalau bawa dari belakang itu terasa ringan. Tapi kalau yang di depan berat banget, karena jalanan memang curam. Jenazah kami tandu dengan dua sarung dengan dua kayu karena panjang badannya, sedangkan mukanya kami balut dengan flaysit milik pendaki yang membantu kami,” tambah Agus.

Tak ada kejadian ganjil selama proses evakuasi. “Lancar-lancar saja. Darah juga enggak begitu anyir. Semua orang tenang. Mungkin karena sudah biasa kami hadapi kondisi darurat di gunung,” katanya.

Sekitar pukul 14.30 WIB, jenazah tiba di basecamp dan disemayamkan sementara di musala yang ada di kawasan camping ground. Ambulans datang sekitar pukul 15.00 untuk membawa korban ke RSUD Pesawaran.

Kejadian ini kembali mengingatkan semua pihak tentang bahaya yang tersembunyi di balik keindahan alam liar. Gunung Betung, dengan air terjunnya yang memesona, memang kerap menarik pendaki untuk mengambil foto dari sudut-sudut berbahaya.

“Kami sudah beri peta, pengarahan, larangan. Tapi banyak yang tetap nekat,” ujar Agus, menahan nada kecewa. Ia mengingatkan bahwa keselamatan harus menjadi prioritas utama. “Alam bisa memikat, tapi juga bisa mematikan kalau kita lalai.”

Kini, jalur evakuasi itu kembali sunyi. Tak ada lagi jejak kaki berat dan tandu darurat. Hanya suara burung dan daun-daun yang bergoyang pelan, seolah ikut mengantar kepergian satu nyawa yang tak sempat kembali dari petualangannya.***