ALTUMNEWS.Com, BANDAR LAMPUNG — Sabtu (6/6/2025) malam yang hangat di Rumah Cendana, Rawa Laut, Bandarlampung bukan sekadar menjadi tempat pertemuan biasa. Di bawah cahaya lampu yang teduh, sejumlah pemuda berkumpul membawa semangat besar: semangat perubahan, pelayanan, dan keterlibatan sosial. Mereka adalah jajaran Pemuda Katolik Komisariat Daerah (Komda) Lampung, yang malam itu datang bersama Pastor Moderator RD Philipus Suroyo untuk bertemu langsung dengan Uskup Keuskupan Tanjungkarang, Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo.
Pertemuan dengan orang Katolik nomor satu di Lampung ini bukan hanya tentang laporan program atau daftar kegiatan. Ini adalah momen untuk menyampaikan bahwa Pemuda Katolik tak lagi hanya berkutat di ruang-ruang diskusi internal gereja. Mereka mulai melangkah ke ranah publik, menyentuh kehidupan masyarakat, dan mengambil peran nyata dalam menjawab tantangan zaman.
“Dari altar turun ke pasar,” begitu ungkapan yang diulang Romo Roy — sapaan akrab RD Philipus Suroyo.
Sebuah metafora yang kuat, menggambarkan panggilan baru bagi para pemuda Katolik: tidak cukup hanya aktif di dalam gereja, tetapi juga terjun langsung dalam dunia nyata yang penuh tantangan sosial.
Ketua Pemuda Katolik Komda Lampung, Falentinus Andi, memaparkan bahwa melalui kerja sama nasional (MoU) yang telah dijalin dengan Kementerian Sosial dan sejumlah lembaga negara, kini saatnya implementasi dilakukan di tingkat daerah.
“MoU ini bukan sekadar simbolis. Kami ingin menjadikannya gerakan nyata di provinsi dan kabupaten, menjangkau masyarakat secara langsung,” ujar Falent, dengan optimisme yang terpancar dari wajahnya.
Kerja sama tersebut mencakup bidang sosial, pemberdayaan masyarakat, hingga keterlibatan dalam penguatan ekonomi lokal. Bagi Falent dan kawan-kawan, inilah bukti bahwa iman dapat diwujudkan dalam bentuk tindakan.
Di hadapan para pemuda, Uskup Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo menyampaikan wejangan yang menyentuh dan menantang. Bahwa sebagai organisasi kemasyarakatan (Ormas), Pemuda Katolik harus hadir untuk semua kalangan, tanpa membedakan iman, etnis, atau latar belakang.
“Kita harus menjadi perpanjangan tangan pemerintah dalam melayani masyarakat. Ini selaras dengan arah dasar Keuskupan tahun ini: Keadilan Sosial Kemanusiaan,” ungkap Mgr. Avien.
Ia menegaskan, bahwa tugas umat Katolik kini bukan hanya mendampingi sesama seiman. “Itu sudah keharusan,” katanya.
Justru tantangan terbesar hari ini adalah hadir bagi mereka yang termarjinalkan, miskin, dan lemah — menjadikan Injil sebagai napas dalam setiap pelayanan sosial.
Selain kerja sama sosial, salah satu fokus penting yang dibahas adalah soal kaderisasi. Romo Roy menekankan pentingnya menyiapkan generasi muda yang tidak hanya aktif secara organisatoris, tetapi juga memiliki jiwa kepemimpinan dan keberpihakan pada kemanusiaan.
“Pemuda Katolik perlu menjadi rasul-rasul awam. Tidak semua dipanggil jadi imam, tetapi semua bisa menjadi pelayan di tengah masyarakat,” ujarnya.
Dalam rangka itu, Komda Lampung dipercaya menjadi tuan rumah Kursus Kepemimpinan Lanjut II (KKL-II), kaderisasi tingkat nasional yang akan menjadi ruang pembentukan pemimpin masa depan Gereja dan bangsa.***