Unila Dorong Literasi Biodiversitas Lewat Pusat Genetik Anggrek, Satukan Sains, Edukasi, dan Konservasi

ALTUMNEWS.Com, BANDAR LAMPUNG -— Universitas Lampung (Unila) terus menunjukkan komitmennya dalam penguatan literasi biodiversitas nasional dengan menghadirkan inovasi berbasis konservasi di lingkungan kampus. Melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Unila membentuk Pusat Penelitian Pengembangan Genetik Anggrek yang tak hanya fokus pada pelestarian spesies langka, tetapi juga menjadi ruang belajar hidup bagi mahasiswa, peneliti, dan masyarakat umum.

Langkah ini mempertegas peran kampus sebagai agen perubahan sosial dan lingkungan. Pusat riset ini bukan sekadar fasilitas ilmiah, melainkan juga menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan, edukasi, dan kesadaran publik terhadap pentingnya konservasi spesies lokal, khususnya anggrek khas Lampung seperti Dendrobium phalaenopsis, Phalaenopsis amabilis, Vanda insignis, dan Vanda limbata.

Menurut Ketua Pusat Penelitian, Prof. Dr. Ir. Yusnita, M.Sc., pusat ini hadir untuk memperluas pemahaman masyarakat akan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati Indonesia. “Kami ingin membangun kesadaran bahwa konservasi bukan hanya urusan laboratorium, tapi urusan kita semua,” ujarnya.

Tak hanya di ruang laboratorium, konservasi anggrek juga diintegrasikan langsung ke dalam lingkungan kampus. Dengan konsep green campus, anggrek hasil konservasi kini ditempelkan di berbagai titik di Unila, menciptakan suasana belajar yang menyatu dengan alam dan memperkuat pengalaman mahasiswa terhadap ekologi sekitar.

Rumah kaca yang dibangun sebagai bagian dari fasilitas utama pusat penelitian berfungsi ganda: sebagai laboratorium hidup sekaligus wahana eduwisata. Salah satu rumah kaca sudah dilengkapi sistem irigasi sprinkler otomatis, sementara pengembangan terus berlanjut untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan kenyamanan pengunjung.

Kehadiran komunitas internal Unila Orchid Lovers (UOLS) menjadi bukti bahwa inisiatif ini bukan proyek top-down, melainkan tumbuh secara organik dari semangat kolektif sivitas akademika. Dosen dan peneliti lintas bidang aktif berdiskusi dan merancang program konservasi yang melibatkan mahasiswa dan masyarakat lokal.

“Ini bukan hanya tentang tanaman, tapi tentang membangun ekosistem pengetahuan yang berakar dari kekayaan hayati Indonesia,” kata Rektor Unila, Prof. Dr. Lusmeilia Afriani, D.E.A., IPM., ASEAN Eng.

Mahasiswa S-2 dan S-3 dilibatkan langsung dalam berbagai penelitian, mulai dari teknik kultur jaringan hingga penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) untuk percepatan pertumbuhan anggrek. Salah satu inovasi mereka, formula ShootMore, kini menjadi produk unggulan yang mempercepat pembentukan tunas anakan dan telah melewati tahap uji coba ekstensif.

Namun, bagi Unila, capaian terbesar bukan pada produk, melainkan pada proses pembelajaran dan dampaknya terhadap peningkatan kesadaran lingkungan. “Fokus kami bukan pada keuntungan finansial, melainkan pada pendidikan, konservasi, dan pengembangan ilmu pengetahuan,” tegas Prof. Yusnita.

Rencana ke depan mencakup penyelenggaraan workshop terbuka dan kolaboratif, yang akan mempertemukan akademisi, praktisi, dan komunitas pecinta anggrek seperti Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI). Workshop ini menjadi ajang diseminasi riset sekaligus peluncuran program baru yang memperluas jangkauan konservasi hingga ke daerah lain di Indonesia.

Dengan fondasi kuat dalam riset, edukasi, dan keterlibatan publik, Pusat Penelitian Genetik Anggrek Unila tidak hanya menjaga warisan flora lokal, tapi juga menumbuhkan generasi baru yang peduli dan melek biodiversitas.***