ALTUMNEWS.Com, BANDAR LAMPUNG – Setelah menyelesaikan perjalanan epik sejauh hampir 6.000 kilometer dari Yogyakarta ke Banda Aceh dan kembali, Stepanus Sumardi (62) atau yang akrab disapa Oom Kim, membagikan kisah lengkap perjalanannya bersama Robi, rekan touring sekaligus sahabat sejiwa dalam petualangan roda dua.
Perjalanan yang awalnya hanya bertujuan mengunjungi keponakan di Bengkulu berubah menjadi ekspedisi penuh tantangan dan kenangan tak terlupakan, berkat ajakan spontan dari Robi.
“Awalnya cuma mau ke Bengkulu. Tapi Ko Robi bilang, ‘Nanggung, kita sekalian ke Aceh!’ Ya sudah, saya pikir-pikir… mumpung ada temennya, sekalian saja touring agak jauh,” ungkap Oom Kim kepada Krakatau.id, Selasa (8/7/2025).
Selama 20 hari menjelajah jalur barat Pulau Sumatera, Oom Kim mengendarai Yamaha Lux Matic 2014 miliknya bernomor polisi AB 6627 CA dengan kecepatan rata-rata 70–80 km/jam. Ia menyebut ini sebagai touring terjauh sepanjang hidupnya.
“Sebelumnya paling jauh ke Bali. Tapi beda, Bali rame. Kalau Sumatera itu ekstrem, banyak jalan berlubang, sepi, dan cuaca sulit ditebak,” jelasnya.
Tak jarang, keduanya harus menghadapi hujan deras seperti saat melintasi Muko-Muko ke Bengkulu. Di jalur Takengon ke Sidikalang, Oom Kim bahkan sempat terjatuh karena rute ekstrem penuh tikungan tajam.
“500 tikungan lebih. Kepala sampai pegal,” kenangnya sambil tertawa.
Dalam perjalanan ini, Oom Kim menekankan pentingnya menjaga kondisi fisik. Ia dan sahabatnya tidak menargetkan jarak, tapi mengutamakan keselamatan.
“Perjalanan siang, sore cari hotel tidur. Tidur jam 9, jam 4 pagi sudah bangun. Jarak jauh itu harus jaga badan,” ujarnya.
Setiap 250–300 km, motornya menghabiskan sekitar Rp75 ribu untuk bahan bakar. Selama perjalanan, ia tiga kali mengganti oli dan melakukan servis ringan dua kali—di Bengkulu dan Banda Aceh, semuanya di dealer resmi untuk memastikan kualitas.
“Total habis sekitar Rp6 juta. Lebih banyak untuk makan dan hotel. Makan rata-rata Rp30 ribu sekali,” jelasnya.
Bukan hanya tantangan fisik, perjalanan ini juga penuh warna dari interaksi dengan masyarakat lokal, pemandangan indah, dan pengalaman kuliner yang berkesan.
“View terbaik itu di Meulaboh, pantainya luar biasa. Tapi yang paling berkesan itu saat dari Takengon ke Sidikalang. Jalurnya sepi banget, makan pun di tengah hutan,” kenangnya.
Ia juga terkesan dengan keramahan suku Gayo di Takengon.
“Tampangnya sangar-sangar, tapi mereka sangat welcome. Malah kasih info soal jalur-jalur ekstrem di daerah mereka,” ujar Oom Kim.
Di Sidikalang, ia menemukan makanan favoritnya. Sayangnya, ia tak menyebutkan nama menunya.
Meski usia tak lagi muda, stamina Oom Kim luar biasa. Ia mengaku tak punya rahasia khusus, hanya gaya hidup sehat sejak muda.
“Saya suka olahraga dari muda, otot sudah kebentuk. Bangun pagi, minum air putih hangat, dan rutin konsumsi vitamin. Hari ke-1 sampai ke-5 memang pegal, tapi setelah itu tubuh sudah menyesuaikan,” ungkapnya.
Motor matic miliknya juga tidak dibiarkan standar. Ia melakukan beberapa modifikasi untuk kenyamanan:
“Mesin saya upgrade ke 125cc, stangnya juga saya ganti biar lebih enak buat perjalanan jauh. Ban enggak sempat ganti, tapi saya rajin cek angin.”
Bagi Oom Kim, touring bukan sekadar hobi. Ini adalah bentuk eksplorasi hidup, pelarian sehat dari rutinitas, dan cara bersyukur atas kesehatan yang ia miliki.
“Kalau lokalan sih sering. Tapi touring jauh begini, ya ini paling ekstrem. Tapi ya itu, yang penting happy. Kita bawa senang, enggak pernah mikir yang berat-berat.”
Setelah sempat beristirahat di Gisting dan dijamu lontong sayur oleh keluarga sahabatnya, Oom Kim bersiap kembali ke Yogyakarta.
“Besok saya lanjut lagi. Masih panjang jalannya, tapi badan masih segar. Tuhan kasih kekuatan, kita tinggal nikmati,” pungkasnya.***





