ALTUMNEWS.Com, BANDARLAMPUNG — Rabu petang, 15 Januari 2024, Gereja Katolik St. Maria Immaculata Stasi Way Kandis menjadi saksi perjalanan panjang empat imam yang merayakan Misa Syukur 25 Tahun Imamat mereka. Misa yang dipimpin oleh Uskup Keuskupan Tanjungkarang, Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo, ini dihadiri oleh ribuan umat dan puluhan imam. Namun, ada satu cerita sederhana namun penuh makna yang turut mewarnai suasana malam itu—tentang pelayanan tulus petugas parkir yang tak terlihat, namun sangat berarti.
Hujan deras sejak awal hingga akhir misa menyelimuti kawasan gereja, namun tak menghalangi umat untuk mengikuti perayaan sakral tersebut. Di area parkir motor, tepatnya di lokasi tempat umat meninggalkan kendaraan mereka, sebuah pemandangan menarik terlihat jelas. Petugas parkir gereja dengan sigap membungkus helm dan jaket para umat yang ditinggalkan di motor dengan kantong plastik besar. Meskipun hujan mengguyur, mereka tetap bekerja dengan penuh perhatian dan keikhlasan, memastikan barang-barang yang ditinggalkan tak basah oleh air hujan.
Tarsisius Kodrad, Koordinator Parkir Gereja St. Maria Immaculata, yang ditemui Altumnews.com di lokasi parkir mengungkapkan alasan palayanan timnya. “Ya idenya kita mau melayani apa yang bisa kita lakukan yang terbaik untuk umat, gitu aja,” kata dia.
Menurut Kodrad, ini adalah hasil dari evaluasi yang dilakukan oleh tim parkir gereja secara rutin. “Kami nggak sendiri, tim parkir ini selalu duduk bersama dan mengevaluasi setiap bulan. Lalu, kami melihat situasi seringnya hujan, helm dan jaket umat kadang basah. Maka kami berinisiatif untuk melakukan sesuatu yang bisa membantu,” katanya.
Kodrad menambahkan bahwa uang parkir yang terkumpul selama ini sepenuhnya disalurkan untuk mendukung pelayanan kepada umat. “Kami tidak pernah mengambil uang parkir untuk keperluan pribadi. Semua itu kami kembalikan ke kas gereja. Ketika ada kebutuhan, kami minta ke bendahara sesuai dengan jumlah yang diperlukan,” ujar Kodrad.
Berkat inisiatif tim parkir gereja, sekitar 100 kantong plastik terpakai pada acara misa tersebut untuk membungkus helm dan jaket umat. Meskipun jumlahnya banyak, mereka tetap mempersiapkan stok lebih banyak lagi untuk acara berikutnya.
“Kami hanya bisa memberikan yang terbaik sesuai dengan apa yang kami miliki. Sejauh inilah yang kami bisa lakukan untuk umat,” tutup Kodrad semringah.
Pelayanan yang sederhana namun penuh perhatian ini mencerminkan semangat kasih yang dihidupkan dalam komunitas gereja katolik. Walaupun hujan turun dengan lebat, kebaikan dan perhatian terhadap sesama terus mengalir, menghangatkan hati setiap umat yang hadir. Inilah contoh nyata bahwa pelayanan yang tulus dan penuh kasih bisa hadir dalam bentuk yang paling sederhana sekalipun.***