ALTUMNEWS.Com, BANDAR LAMPUNG -— Di tengah meningkatnya tensi terkait harga singkong, Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal menekankan pentingnya membangun solusi melalui dialog yang terbuka dan bertanggung jawab antara petani, pemerintah, dan pelaku industri.
Menanggapi aksi unjuk rasa para petani singkong di depan Kantor DPRD Provinsi Lampung, Gubernur Mirza menyayangkan keputusan sebagian demonstran yang menolak ajakan berdiskusi secara langsung. Menurutnya, ruang dialog yang disediakan pemerintah adalah cara terbaik menyelesaikan persoalan yang kompleks ini.
“Saya tidak ingin hanya reaktif. Kita harus duduk bersama, tidak cukup hanya teriak di jalan. Saya ingin semua pihak sadar bahwa ini bukan cuma soal angka, tapi tentang keberlanjutan sistem dan keadilan semua pihak,” kata Gubernur dalam konferensi pers, Senin (5/5).
Gubernur menjelaskan bahwa sejak lama pihaknya aktif menjembatani kepentingan petani dengan pemerintah pusat dan pelaku industri. Ia menyoroti langkah konkret seperti pertemuan lintas kementerian pada 29 April lalu, yang membahas usulan penetapan standar harga dan kadar aci secara nasional.
“Tanpa demo pun kami bekerja tiap hari untuk perjuangkan harga Rp1.350/kg sesuai kesepakatan 31 Januari lalu. Tapi kita tidak bisa memaksakan. Ini urusan nasional, dan kita harus hadirkan keadilan semua pihak, termasuk pabrik dan pasar,” tegasnya.
Mirza juga mengingatkan bahwa gejolak harga singkong tidak bisa diselesaikan hanya di tingkat provinsi karena menyangkut regulasi nasional dan mekanisme pasar. Ia mengajak semua pihak untuk menahan diri dari provokasi dan membuka ruang komunikasi.
“Saya tidak ingin konflik ini dimanfaatkan pihak luar. Kalau kita pecah, yang rugi petani sendiri. Saya ingin kita lawan sistem, bukan saling menyalahkan,” ujarnya.
Gubernur menegaskan komitmennya kepada sektor pertanian, dibuktikan dengan berbagai program prorakyat. Di antaranya pemulangan 23 ribu ijazah siswa tertahan, pemutihan tunggakan pajak kendaraan untuk jutaan warga, dan perjuangan peningkatan serapan gabah oleh Bulog.
“Kalau saya tidak peduli petani, saya tidak lakukan semua itu. Tapi saya percaya, solusi sejati tidak lahir dari tekanan, tapi dari kebersamaan,” pungkasnya.***