ALTUMNEWS.Co, BANDARLAMPUNG — Di tengah tren pertumbuhan ekonomi yang positif, Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Lampung mengingatkan pentingnya kesiapan daerah dalam menghadapi berbagai tantangan struktural dan global yang berpotensi menghambat laju ekonomi ke depan.
Perekonomian Lampung pada triwulan I 2025 tumbuh sebesar 5,47% secara tahunan (yoy), naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,32%.
Kepala Perwakilan BI Lampung, Junanto Herdiawan, menyebut pertumbuhan ini terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga, investasi dalam negeri, serta ekspor komoditas unggulan seperti kopi robusta, CPO, dan produk perikanan.
Namun, di balik capaian tersebut, Junanto menyoroti tiga isu penting yang perlu segera mendapat perhatian untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan.
“Kita perlu mengantisipasi risiko jangka menengah, seperti perubahan iklim yang berdampak pada pertanian, lemahnya produktivitas sektor hulu, serta perlunya diversifikasi dan peningkatan daya saing produk ekspor,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Altumnews.com, Selasa (6/5/2025).
Salah satu tantangan paling mendesak adalah dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian, yang hingga kini masih menjadi tulang punggung ekonomi Lampung. Meskipun sektor ini tumbuh 5,42% (yoy), pemulihan tersebut masih rapuh karena sangat bergantung pada kondisi cuaca dan pola tanam.
Sementara itu, pertumbuhan industri pengolahan sebesar 8,79% juga menghadapi dinamika fluktuatif, terutama karena pengaruh musiman seperti tutup giling industri gula. Hal ini menjadi sinyal penting bahwa sektor hilir perlu diperkuat dengan model bisnis yang lebih tahan terhadap siklus musiman dan pasar global.
Selain itu, risiko dari luar negeri juga tidak bisa diabaikan. Kinerja ekspor Lampung yang naik 12,96% (yoy) berpotensi terdampak mulai Juli 2025, menyusul penerapan tarif resiprokal oleh Amerika Serikat terhadap produk makanan dan minuman olahan. Kondisi ini dapat menekan sektor industri pengolahan lokal yang belum sepenuhnya memiliki daya saing ekspor tinggi dan ketergantungan pada pasar tradisional.
Untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut, BI Lampung mendorong penguatan hilirisasi komoditas unggulan yang berkelanjutan, peningkatan produktivitas sektor primer, dan ekspansi pasar ekspor.
“Diversifikasi produk, perluasan pasar tujuan, dan peningkatan kualitas menjadi kunci untuk menghadapi tekanan global,” tambah Junanto.
Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Lampung di kisaran 4,6 – 5,3% sepanjang tahun 2025, pemerintah daerah dan pemangku kepentingan diminta untuk tidak terlena dengan angka pertumbuhan saat ini. Dibutuhkan langkah konkret untuk memperkuat struktur ekonomi daerah agar tidak hanya tumbuh, tetapi juga tangguh menghadapi dinamika masa depan.***