“Enggak Ada Makanan di Tasnya, Cuma Rokok, Baju dan Alat Mandi”, Selamet Ceritakan Evakuasi Jenazah Pendaki Misterius di Gunung Pesagi

ALTUMNEWS.Com, LAMPUNG BARAT -— Malam itu, langit mulai gelap saat Selamet dan empat anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pekon Bahway mulai mendaki ke jalur menuju Pos 2 Gunung Pesagi. Mereka bukan hendak menyambut pendaki, melainkan mengevakuasi satu jenazah pria tanpa identitas yang ditemukan meninggal dunia di bawah Pos 2, Kamis (15/5/2025).

Selamet, Koordinator Pos Pendakian Gunung Pesagi jalur Bahway, menceritakan detik-detik saat ia menerima kabar adanya penemuan mayat di jalur pendakian. Ia langsung berkoordinasi dengan tim SAR, lalu bergabung dalam proses evakuasi.

“Kami berangkat dari posko sekitar jam setengah lima sore. Sampai di lokasi jenazah pas Magrib. Saat itu kondisi jalur sudah mulai gelap dan licin, tapi kami tetap jalan karena ini menyangkut nyawa manusia, walaupun sudah tak bernyawa,” kata Selamet menceritakan secara eksklusif kepada Altumnews.com, Kamis malam (15/5/2025)..

Menurutnya, korban adalah pendaki tanpa registrasi yang naik secara diam-diam alias “slonong boy”, tanpa membawa logistik atau perlengkapan mendaki.

“Tasnya kami periksa, cuma ada rokok, pakaian, sama alat mandi. Enggak ada makanan sama sekali. Dugaan kami kena hipotermia dan kelaparan. Dia naik sendiri, enggak ada teman, enggak ada yang tahu juga,” jelas Selamet.

Menurut Selamet jenazah ditemukan dalam posisi jatuh di bawah Pos 2, oleh pendaki lain yang kebetulan lewat.

“Anak-anak SMP yang ketemu dia itu, korban masih sempat merokok. Tapi mereka enggak curiga. Besoknya pas mereka turun, korban sudah meninggal. Berarti korban udah dua malam di situ,” tambahnya.

Proses evakuasi bukan hal yang mudah. Jalur curam dan waktu yang sudah malam menjadi tantangan tersendiri. Namun Selamet dan tim tetap melanjutkan misi kemanusiaan itu.

“Turunnya kita sampai bawah sekitar jam sembilan malam. Walaupun dia enggak registrasi, tetap kita urus. Kami di posko sering pusing kalau ada pendaki begini, disuruh isi data enggak mau, padahal itu penting buat keselamatan,” keluh Selamet.

Peristiwa ini menjadi pengingat bagi semua pendaki agar mematuhi prosedur resmi, termasuk registrasi dan membawa perlengkapan memadai.

“Kalau dia registrasi, pasti kami minta nomor darurat. Kalau ada apa-apa, gampang kami hubungi keluarganya. Tapi ini enggak ada apa-apa. Jadi semua kami urus, dari evakuasi sampai laporan. Ini tanggung jawab kemanusiaan, walaupun bukan kewajiban formal kami,” pungkas Selamet.***