Melampaui Tembok Kampus: Ketika Dosen Katolik Lampung Bersatu untuk Bangkit dengan Karya Nyata

ALTUMNEWS.Com, BANDAR LAMPUNG -— Pagi itu (30/5/2025), udara di kawasan STIE Gentiaras terasa berbeda. Senyap khas dunia akademik perlahan berubah menjadi riuh penuh kehangatan. Para dosen—biasanya sibuk di balik tumpukan jurnal dan ruang kuliah—hari ini duduk bersama dalam semangat baru: menghidupkan kembali panggilan iman melalui profesi mereka.

Lebih dari 50 dosen Katolik dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Lampung berkumpul dalam sebuah peristiwa yang bukan hanya formal, tetapi juga monumental: Pelantikan Pengurus Wilayah Ikatan Dosen Katolik Indonesia (IKDKI) Wilayah Lampung, periode 2025–2030. Dengan tema “Bangkit dengan Karya Nyata,” acara ini bukan sekadar pelantikan organisasi, tetapi seruan kolektif untuk melangkah keluar dari zona nyaman dan menjadikan ilmu sebagai bentuk pelayanan nyata kepada masyarakat.

Misa Syukur dan Seruan Keterbukaan

Acara dibuka dengan Misa Konselebran yang dipimpin oleh Uskup Tanjungkarang, Mgr. Vincensius Setiawan Triatmojo, Lic., S.Th. Di hadapan para akademisi, Uskup menyampaikan pesan yang menggugah dan sekaligus menantang: “Gereja Katolik sudah hadir lebih dari 100 tahun di Lampung. Tapi, apakah kita sudah sungguh hadir bagi masyarakat?”

Seruan Mgr. Vincensius agar lembaga dan tempat-tempat Katolik lebih terbuka bagi publik menjadi momen reflektif yang dalam. “Jangan hanya menjadi eksklusif. Jadilah rahmat bagi sesama,” ujarnya tegas namun hangat.

Kalimat itu tidak sekadar sebuah kutipan dalam sambutan, tapi menjadi semacam garis bawah atas tujuan utama IKDKI: menghadirkan kehadiran Katolik yang bukan hanya simbolik, melainkan transformatif di tengah masyarakat.

Kepemimpinan Baru, Misi yang Tegas

Dalam prosesi pelantikan, Prof. Dr. Sri Hasnawati, S.E., M.E. resmi dikukuhkan sebagai Ketua Wilayah IKDKI Lampung. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa IKDKI bukan hanya ruang silaturahmi dosen Katolik, tapi menjadi tempat pembinaan yang menyatukan iman, ilmu, dan pengabdian.

“Kami ingin membangun sinergi antara profesionalisme dan spiritualitas. Dosen Katolik harus tidak hanya unggul di bidangnya, tetapi juga mampu menjadi pelayan di tengah tantangan zaman,” kata Prof. Sri.

Apresiasi atas terbentuknya DPW Lampung juga datang dari Prof. Dr. Ir. Agustinus Purna Irawan, Ketua Umum IKDKI Pusat. Ia menjelaskan bahwa IKDKI kini telah hadir di 14 wilayah dengan lebih dari 1.000 anggota, dan secara resmi telah diakui pemerintah dan Gereja sejak Februari 2024—sebuah pencapaian yang diraih melalui proses panjang selama lima tahun.

Diskusi yang Membuka Mata: Pendidikan, Rohani, dan Keadilan Sosial

Usai pelantikan, suasana menjadi lebih dinamis dalam sesi diskusi terbuka bertema “Pendidikan Tinggi Katolik: Tantangan dan Peluang”. Dipandu oleh Dr. Ir. Lilik Ariyanto, M.T., diskusi ini membongkar tantangan-tantangan nyata yang dihadapi dunia pendidikan Katolik saat ini.

Ketua Yayasan Xaverius Tanjungkarang, RD. Andreas Sutrisno memulai dengan mengungkap minimnya minat mahasiswa Katolik pada bidang pendidikan, yang kini menyebabkan krisis guru di sekolah-sekolah Katolik. Menjawab hal itu, Prof. Dr. Chatarina Niken, M.T. menekankan pentingnya keterlibatan personal dosen dalam mendampingi mahasiswa, tak hanya secara akademik, tetapi juga spiritual dan emosional.

Sementara itu, Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Tanjungkarang RD. Yohanes Agus Susanto, menyoroti bahwa komunitas rohani mahasiswa Katolik masih terkonsentrasi di kampus-kampus besar seperti Unila dan ITERA. Ia mengajak peserta untuk memberdayakan komunitas di kampus-kampus kecil agar nilai-nilai Katolik dapat menjangkau lebih luas.

Diskusi juga menyentuh isu strategis seperti pendanaan dan beasiswa. Prof. Dr. HS. Tisnanta, S.H. memaparkan potensi besar dari program LPDP yang masih belum dimanfaatkan secara maksimal oleh dosen dan mahasiswa Katolik. Dalam nada yang membakar semangat, Prof. Posman Manurung, Ph.D. mengajak peserta untuk tidak hanya sekadar bersaing, tetapi tampil unggul dalam kualitas dan kontribusi.

Pendidikan Inklusif: Misi Bersama

Penekanan pada keadilan pendidikan kembali ditegaskan oleh Romo Damianus Tri Widaryadi, yang menyoroti pentingnya akses terhadap beasiswa dan dukungan pendidikan untuk mahasiswa Katolik dari keluarga tidak mampu.

“Kita bertanggung jawab menjadikan pendidikan sebagai misi, bukan hanya fasilitas. Mahasiswa Katolik harus punya peluang yang sama untuk bertumbuh,” ujarnya.

Menutup sesi, Prof. Dr. Gregorius Nugroho Susanto, M.Sc. menyampaikan pesan spiritual yang seolah merangkum seluruh semangat acara hari itu: “Tuhan akan memberi ketika kita terlebih dahulu memberikan pelayanan kepada sesama.”***