ALTUMNEWS.Com, JAKARTA — Kongres XXI Wanita Katolik RI-2023 telah dibuka. Acara pembukaan berlangsung di Hotel Mercure, Ancol Jakarta diawali dengan Misa bersama Uskup Ignatius Kardinal Suharyo, Jumat (27/10/2023).
Dalam homilinya Kardinal Suharyo mengawali dengan Seruan Apostolik Laudate Deum (Pujilah Tuhan) : “Ketika manusia mengaku mengambil posisi Tuhan, mereka menjadi musuh terburuk bagi diri mereka sendiri,” (LD 73).
Menurut Kardinal Suharyo karya Wanita Katolik RI di seluruh Indonesia dalam keyakinan iman adalah bagian karya agung Tuhan. “Semoga WKRI membaca kehendak Allah dalam tanda-tanda iman dengan iman,” kata Kardinal.
Kardinal menyingung mengenai tema Kongres Wanita Katolik RI yaitu Peran Perempuan Mewujudkan Kesejahteraan Bersama dalam NKRI.
“Saya menggunkan Injil Liukas 4: 16-21 tentang kisah Yesus yang tampil menyampaikan program kerja Yesus yaitu memaklumkan tahun rahmat Tuhan. Program kerja Yesus itu sama dengan program kerja Wanita Katolik RI untuk memajukan kesejahteraan bersama,” kata Kardinal.
Menurutnya cita-cita umat Allah adalah shalom atau damai sejahtera yaitu hubungan yang baik dengan Tuhan, sesama dan alam. Cita-cita shalom yang lengkap itu lanjut Kardinal, tiap 50 tahun dibangun kembali dengan tahun rahmat Tuhan atau tahun jubileum. Saat itulah semua budak dibebaskan, tanah yang dirampas harus dikembalikan.
“Dengan cara itu tahun rahmat Tuhan itu sama dengan kesejahteraan bersama atau bonum commune. Yang satu bahasa Kitab Suci, yang lain bahasa UUD 1945, maksudnya sama,” kata Kardinal Suharyo.
Dikatakan Kardinal dalam UUD 1945 ada 4 tujuan atau cita-cita kemerdekaan Indonesia, salah satunya memastikan kesejahteraan umum.
“Sesudah 78 tahun apakah cita-cita kemerdekaan tersebut sudah tercapai? Kita bersyukur Indonesia sudah maju, tapi di sisi lain masih jauh dari tercapai,” tegas Kardinal.
“Kita tahu soal tengkes atau stunting yang terjadi karena anak-anak tidak mendapat asupan yang cukup sehingga tumbuhnya tidak baik dan kecerdasannya tidak berkembang. Tahun 2022 angka prevalensinya 21,9%,” paparnya.
Dikatakan Kardilan, angka kecerdasan masyarakat Indonesia itu 78,49 % di bawah standar 82% atau nomor dua di bawah Asia Tenggara.
“Kata baru lain TPPO atau Tindak Pidana Perdaganan Orang. Ada orang yang karena lemah dan rentan menjadi korban perdagangan orang. Tingginya tangkes, rendahnya kecerdasan, dan tingginya TPPO adalah tanda bahwa cita-cita kemerdekaan masih terlalu jauh,” papar Kardinal.
Kardinal menegaskan lebih baik menyalakan lilin kecil di dalam kegelapan. Wankita Katolik RI lanjut Kardinal telah melakukan banyak hal untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan.
“Jiwa kita membutuhkan motivasi jiwa dari motivator. Selain itu kita harus ikut memaklumkan tahun rahmat Tuhan sebagai inspirasi dari iman kristiani kita. Semoga keputusan Kongres Wanita Katolik RI XXI berdasarkan motivasi dan inspirasi kristiani,” pungkas Kardinal Suharyo.***